12 Nyawa Melayang di Bekas Galian Tambang Kalimantan

Jatam meminta pemerintah pusat ambil alih penyelesaian lubang bekas tambang ini.

oleh Abelda RN diperbarui 20 Nov 2015, 08:47 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2015, 08:47 WIB
Galian bekas tambang di Samarinda
Galian bekas tambang di Samarinda merenggut 12 nyawa

Liputan6.com, Balikpapan - Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kalimantan Timur menyatakan korban tambang Samarinda sudah menembus 12 jiwa. 2 hari lalu, lubang galian bekas tambang batubara Samarinda merengut nyawa seorang remaja Aprilia Wulandari, siswi SMPN 25 Sungai Kunjang.

"April adalah korban ke 12 anak-anak yang tewas di lubang tambang sejak 2011 hingga 2015," kata Dinamisator Jatam Kaltim, Merah Johansyah, Jumat (20/11/2015).

Korban dilaporkan hilang oleh teman-temannya di lubang bekas tambang, Rabu 18 November 2015 pukul 14.30 Wita. Dia memang terlihat bermain di lokasi bekas tambang batubara bersama 4 teman sekolahnya.

Bekas tambang yang kini berubah bentuk jadi danau ini diduga milik CV Rinda Kaltim Anugrah seluas 196, 40 hektare. Pemerintah Kota Samarinda menerbitkan izin usaha pertambangan (IUP) pada CV Rinda Kaltim Anugrah.

Tim penyelam mendapati jasad korban di cekungan danau seukuran 2 kali lapangan sepak bola ini yang memiliki kedalaman hingga 20 meter. Rumah korban memang berada tidak jauh dari lokasi lubang tambang yang berada di wilayah pemukiman warga.

Merah mengatakan, perusahaan tambang itu melanggar aturan dalam pengelolaan area pertambangan. Menurutnya area pertambangan jadi kawasan steril yang tidak bisa diakses masyarakat awam.

"Tidak memasang pelang atau tanda peringatan di tepi lubang dan tidak ada pengawasan yang menyebabkan orang lain masuk ke dalam tambang," ujar dia.

Lubang bekas tambang yang dibiarkan menganga dan diisi air bak danau ini, semestinya wajib di reklamasi.

Merah meminta pemerintah pusat mengambil alih penanganan persoalan lubang bekas tambang yang gagal diselesaikan daerah. Menurutnya korban jiwa akan terus berguguran akibat tenggelam di 150 lubang bekas tambang Samarinda.

"Ironisnya peristiwa ini terjadi saat kunjungan Presiden Joko Widodo di Kaltim," ujarnya. (Nil/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya