Rumah Anti-Gempa Dibangun di Pulau Lekkang Makassar

Rumah anti-gempa dan tsunami itu kini masih tahap penelitian untuk diproduksi massal.

oleh Eka Hakim diperbarui 19 Jan 2016, 15:05 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2016, 15:05 WIB
Rumah anti gempa
Sebuah rumah anti gempa dibangun di Pulau Lakkang, Kelurahan Lakkang, Kecamatan Tallo, Makassar.

Liputan6.com, Makassar - Sebuah rumah anti-gempa dibangun di Pulau Lakkang, Kelurahan Lakkang, Kecamatan Tallo, Makassar. Rumah itu dibangun untuk uji coba karena di wilayah itu rawan gempa dan tsunami.

Pulau yang dikelilingi oleh sungai dan langsung bermuara ke laut lepas itu berpenduduk 951 jiwa. Meski letaknya di dalam Kota Makassar dan berbatasan langsung dengan 2 kecamatan, yakni Kecamatan Tamalanrea dan Kecamatan Biringkanaya, akses satu-satunya menuju pulau itu hanya melalui jalur sungai.

Lurah Lakkang, Muh Zuud Arman mengatakan pembangunan 1 unit rumah anti- gempa itu dibangun dengan bahan yang dapat dibongkar pasang. Bangunan yang terdiri dari 2 lantai itu membutuhkan 286 panel dengan biaya Rp 86 juta. Sementara biaya untuk dinding masih dalam tahap penelitian.

"Jadi ada dua penelitian sebenarnya selain rumah tersebut dibangun untuk antisipasi gempa atau bencana tsunami juga dibuat sederhana tapi berdampak sehat untuk penghuninya sehingga kita namakan 'Risha' (Rumah Instan Sederhana Sehat)," kata Zuud kepada Liputan6.com di Makkasar, Selasa (19/1/2016).

Sebuah rumah anti gempa dibangun di Pulau Lakkang, Kelurahan Lakkang, Kecamatan Tallo, Makassar.


Rumah itu dikategorikan sehat karena struktur terbuat dari bambu yang berasal dari lingkungan sekitar.

"Beberapa struktur rumah di antaranya panel dan dinding terbuat dari bambu yang telah terawetkan. Namun hal ini masih dalam proses penelitian dan penyempurnaan," ujar Zuud.

Rencananya, kata Zuud rumah tersebut akan diproduksi massal dan bekerja sama dengan PT Indocement. Dengan demikian, masyarakat Pulau Lakkang yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan dan petani mendapatkan rumah sederhana nan sehat tersebut.

"Kalau dindingnya bambu yang sudah diawetkan, cuma model mengadopsi model tradisional. Beton sama dengan beton biasa tapi knock down alias dapat dibongkar pasang. Tapi karena bahannya semua masih penelitian untuk produksi massalnya belum dapat ditentukan nilai biayanya," ungkap Zuud.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya