Paket Wisata Sungai Musi Tersedia Saat Gerhana Matahari Total

Wisatawan akan diajak melintasi bentangan Sungai Musi menggunakan perahu.

oleh Nefri Inge diperbarui 02 Feb 2016, 09:09 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2016, 09:09 WIB
Bus air bantuan dari Departemen Perhubungan berlayar di Sungai Musi, Palembang. Armada bus air ini akan melayani sejumlah trayek dengan ongkos Rp5.000 per penumpang.(Antara)

Liputan6.com, Palembang - Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Sumatera Selatan tidak ingin menyia-nyiakan momen Gerhana Matahari Total (GMT) untuk memajukan pariwisata di daerahnya.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Sumsel Irene Camelyn Sinaga mengatakan, para wisatawan, terutama turis asing, akan disuguhi beragam destinasi yang menjadi ciri khas Palembang. Mereka akan diajak melintasi bentangan Sungai Musi menggunakan perahu.

"Pada pagi hari, para wisatawan bisa menikmati pemandangan GMT di atas Jembatan Ampera. Lalu, kita akan mengajak berwisata heritage di Palembang. Salah satunya wisata Sungai Musi di 5 titik," ujar Irene kepada Liputan6.com, Senin (1/2/2016).

Ke-5 titik wisata Sungai Musi itu meliputi kawasan kuliner khas Palembang di Kelurahan 1 Ulu Palembang, Kampung Kapitan, Kampung Arab Al-Munawar di 13 Ulu Palembang, kerajinan tekstil di 10 Ulu Palembang dan 34-35 Ilir Palembang. Kelima lokasi itu berada tepat di sisi Sungai Musi.


Masing-masing lokasi memiliki cerita unik. Kampung Kapitan, misalnya, para turis akan diajak untuk mengunjungi peninggalan etnis Tionghoa bagian dari Ekspedisi Cheng Ho di Indonesia. Sedangkan, keunikan Kampung Arab adalah pada rumah panggung tua yang berusia ratusan tahun. Warga setempat rencananya akan menyajikan makanan dan kerajinan khas Arab.

"Kita sudah menyosialisasikannya ke warga Kampung Arab Al-Munawar. Ada perbaikan dan kebersihan untuk mendukung program wisata heritage," dia menambahkan.

Sejarawan RM Ali Hanafiah mengatakan, Kampung Arab di 13 Ulu Palembang memang cocok untuk dijadikan destinasi wisata di Palembang. Kampung tersebut dinilai merupakan wujud kesuksesan akulturasi budaya di dalam masyarakat.

"Rumah-rumahnya berusia ratusan tahun. Walau orang Arab, namun bangunannya kental dengan nuansa Palembang. Dulunya, seluruh pendatang wajib mengikuti sabda sultan dengan membangun rumah khas Palembang," ucap dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya