Demi PON, Bareskrim Serahkan Stadion Gedebage ke Pemkot Bandung

Penyerahan itu didasari keadilan dan kepastian hukum agar bisa kembali dipergunakan, khususnya untuk penyelenggaraan PON tahun ini.

oleh Arie Nugraha diperbarui 11 Feb 2016, 13:15 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2016, 13:15 WIB
Demi PON, Stadion Gedebage Dikembalikan ke Pemkot Bandung
Penyerahan itu didasari keadilan dan kepastian hukum agar bisa kembali dipergunakan, khususnya untuk penyelenggaraan PON tahun ini. (Liputan6.com/Arie Nugraha)

Liputan6.com, Bandung - Bareskrim Mabes Polri  menyerahkan Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), disebut pula Stadion Gedebage, ke Pemerintah Kota Bandung melalui skema Mutual Checking (MC) 0. Pemkot Bandung selanjutnya akan memperbaiki stadion yang menjadi bukti kasus korupsi itu.

"Saya bawa tim ahli sendiri untuk rekap kondisi. Nanti kurang lebih seminggu akan dilakukan pemeriksaan. Habis itu akan diserahkan kepada Wali Kota untuk perbaikan," kata Kabareskrim Mabes Polri Komjen Anang Iskandar di Bandung, Rabu, 10 Februari 2016.

Proses MC 0, kata Anang, merupakan pemeriksaan dan pendataan mengenai kerusakan Stadion Gedebage oleh Bareskrim. Itu karena status kasus yang menyangkut stadion tersebut masih dalam tingkat penyidikan.

Anang menjelaskan penyerahan itu didasari keadilan dan kepastian hukum agar bisa kembali dipergunakan, khususnya untuk penyelenggaraan PON tahun ini. Terlepas hal itu, Anang belum bisa menyimpulkan soal kerawanan sarana stadion karena masih dalam peninjauan otoritasnya.

"Intinya, kami mendukung pusat dan daerah agar stadion bisa dimanfaatkan masyarakat, khususnya masyarakat Bandung," ujar dia.

Kritik Kontraktor

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menyambut baik penyerahan stadion tersebut. Ia menargetkan proses perbaikan stadion yang berbiaya hampir Rp 1 triliun itu bisa rampung dalam 3 bulan.


Saat meninjau lokasi bersama Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan Kabareskim Komjen Anang Iskandar, lelaki yang akrab disapa Emil itu menemukan tanah amblas di Stadion Gedebage. Kondisi itu menyebabkan beberapa bagian bangunan retak.

Menurut Emil, kerusakan tersebut disebabkan ketidakcermatan kontraktor, yakni PT Adhi Karya, dalam menghitung pondasi. Kecermatan itu sangat vital mengingat kawasan tersebut sebelumnya berupa rawa.
 
"Tanah rawa itu bergerak ke dalam dan bergerak ke samping. Harusnya dari awal menggambarnya harus betul-betul dihitung dengan cermat. Harusnya tidak ada pondasi pendek, harusnya pondasi panjang," tutur lelaki yang berlatar belakang arsitek itu.

Emil menekankan, pondasi pendek yang digunakan untuk mendirikan bangunan adalah biang kesalahan pembangunan stadion. Sedangkan, pondasi dalam tidak bermasalah.

"Pondasi pendek inilah biang kesalahannya. Dia turun dan dia bergeser. Pondasi dalam ini dia tidak ada masalah makannya 'nagen weh' (kokoh)," ucap Emil.

Ia berencana untuk membahas masalah itu dengan kontraktor bersangkutan sebelum perbaikan dimulai.  Dengan tenggat penyelenggaraan PON yang semakin mepet, ia memastikan para pekerja perbaikan itu akan bekerja siang malam. PON tahun ini direncanakan akan digelar pada September 2016.

"Saya sih inginnya 2 atau 3 bulan perbaikan selesai. Sesuai target dari Provinsi harus ada waktu leluasa untuk klarifikasi dan permohonan ke KONI itu butuh berapa bulan sebelum pembukaan harus diputuskan," kata Emil.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya