Motor dan Mobil Penyumbang Emisi CO2 Terbesar di Yogyakarta

Meski begitu, kualitas udara di Yogyakarta masih terbilang baik dibanding kota-kota besar lainnya.

oleh Liputan6 diperbarui 25 Feb 2016, 05:03 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2016, 05:03 WIB
20151224-Macet-Jakarta-AY
Suasana arus lalu lintas di sepanjang tol dalam kota yang mengalami kemacetan, Jakarta, Kamis (24/12/2015). Kemacetan ini terjadi hingga ke jalan-jalan tol yang mengarah keluar Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Yogyakarta - Penelitian Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada mengungkapkan sekitar 70 persen emisi CO2 di Yogyakarta berasal dari kendaraan bermotor. Sisanya berasal dari berbagai sumber seperti industri, perkantoran hingga pedagang kaki lima.

"Tidak bisa dipungkiri, kendaraan bermotor yang memanfaatkan bahan bakar fosil adalah sumber emisi karbondioksida terbesar di Kota Yogyakarta," kata Peneliti Pustral UGM Sa'duddin dalam Seminar Hasil Penghitungan Emisi di Yogyakarta, Rabu (23/2/2016), seperti dikutip dari Antara.

Dia juga menyebutkan emisi karbondioksida tertinggi di Kota Yogyakarta ada di Jalan Pemukti yang berlokasi dekat Terminal Giwangan Yogyakarta.

Pustral mengusulkan perbaikan sistem transportasi massal di Kota Pelajar demi menekan penggunaan kendaraan pribadi guna menurunkan tingkat emisi.

"Sudah ada bus Transjogja. Namun, keberadaannya belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat untuk menjalankan aktivitasnya sehari-hari sehingga masih banyak warga yang memilih menggunakan kendaraan pribadi," kata dia.

Pustral dan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, menurut Sa'dudin, sudah menyusun data dasar pergerakan kendaraan dan masyarakat.

Data dasar itu menjadi basis data untuk merencanakan sistem transportasi massal yang baik dan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.


"Jika sudah ada data dasarnya, maka perencanaan sistem transportasi massal diharapkan lebih baik karena sesuai dengan kebutuhan masyarakat," kata dia.

Selain mendorong pemenuhan transportasi massal, ia meminta warga untuk menambah keberadaan ruang terbuka hijau guna menyerap lebih banyak polutan.

Berdasarkan pendataan yang Pemda DIY, beberapa parameter kualitas udara di Kota Yogyakarta masih di bawah baku mutu yang ditetapkan.

Kadar karbonmonoksida (CO) di Kota Yogyakarta misalnya, rata-rata 1.000 miugram per meter kubik, sedang baku mutunya ditetapkan 30.000 miugram per meter kubik.

Pada 2015, Yogyakarta meraih penghargaan tertinggi untuk kategori kota besar dengan kualitas udara terbaik.

"Rata-rata kualitas udara di Kota Yogyakarta masih baik. Namun, kami juga tetap mengupayakan berbagai cara untuk menjaga dan meningkatkan kualitas udara di Kota Yogyakarta agar tetap baik," kata Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta Suyana.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah menambah keberadaan ruang terbuka hijau publik di perkampungan. Tahun ini, Badan Lingkungan Hidup akan membangun 6 ruang terbuka hijau publik dan merawat tanaman-tanaman perindang di tepi jalan.

"Tanaman itu perlu dipangkas. Pemangkasan dilakukan bukan hanya untuk menjaga kekuatan pohon saat angin kencang tetapi daun yang baru muncul diharapkan bisa menyerap lebih banyak polutan," kata Suyana.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya