Liputan6.com, Semarang - Namanya Ferry. Usianya 22 tahun. Sehari-hari oleh teman-temannya di komunitas suporter PSIS, Panser Biru, biasa dipanggil Opel.
Dua pekan terakhir Opel terlihat murung. Penyebabnya klise: putus cinta. Wajar, karena hubungan cintanya sudah dijalin sejak masih SMP.
Usai putus cinta, ia sering nongkrong bersama teman-temannya di berbagai taman yang tersebar di sudut-sudut kota Semarang. Hampir seluruh taman di kota Semarang pernah ia singgahi.
"Tapi repot. Mau ber-medsos biar bisa move on, gak ada wifi," kata Ferry Opel kepada Liputan6.com, di Semarang, Rabu (6/4).
Ferry tak sendirian. Ada ratusan atau bahkan ribuan jomblo yang galau di kota ini. Namun sayangnya harapan untuk bisa move on ternyata tak didukung situasi.
"Kalau ada wifi gratis dengan kecepatan tinggi, mungkin kaum jomblo akan lebih mudah bahagia," kata Ferry bercanda.
Baca Juga
Entah melalui mulut siapa, yang jelas keinginan Ferry itu sampai ke telinga Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi. Keinginan warga itu seiring tren tradisi bercerita dan berkumpul dengan teman atau keluarga sudah mulai surut. Mereka lebih suka berinteraksi secara maya.
"Saya pengin jumlah taman atau ruang publik di Semarang terus ditambah. Ini berguna untuk meningkatkan kualitas interaksi," kata wali kota yang akrab disapa Hendi ini, Rabu (6/4/2016).
Hendi juga meminta agar seluruh kecamatan yang ada, minimal memiliki tiga taman yang representatif untuk warga. Meskipun saat ini ada sekitar 50 taman yang sudah berdiri
"Jika ditambah tiap kecamatan ada tiga taman, tak kurang dari 90-an taman atau ruang publik baru menunggu. Dan semoga bisa dilengkapi wifi gratis berkecepatan tinggi," kata Hendi.
Agar keinginan memanusiakan kaum jomblo dan manula segera terwujud, Hendi meminta agar para birokrat bekerja keras mewujudkan taman-taman ber-wifi.
"Selain gaji sebagai PNS, mereka kan sudah dapat tunjangan ini itu, belum lagi honor panitia kegiatan. Kalau masih nggak mau kerja keras, mudah-mudahan dosa warga Semarang ditanggung semua," kata Hendi.
Advertisement