Gula Puan Kerbau, Santapan Bangsawan Palembang nan Langka

Keberadaan cemilan tradisional Gula Puan nyaris dilupakan oleh warga Palembang.

oleh Nefri Inge diperbarui 30 Apr 2016, 10:01 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2016, 10:01 WIB
Gula Puan
Gula Puan Kerbau adalah santapan bangsawan Palembang nan langka

Liputan6.com, Palembang - Selain tentang Kerajaan Sriwijaya yang terkenal mampu menaklukkan berbagai wilayah hingga negara di dunia, Sumatera Selatan juga terkenal dengan makanan khasnya, yaitu pempek.

Para wisatawan mancanegara maupun turis luar negeri pasti memburu kudapan berbahan dasar ikan sungai ini.

Namun, banyak yang tidak tahu ada salah satu makanan khas Sumatera Selatan atau Sumsel yang dulunya menjadi tenar karena menjadi makanan para bangsawan Palembang. Nama makanannya adalah Gula Puan, cemilan tradisional ini hanya bisa diproduksi di Sumsel.

Sayangnya, keberadaan cemilan tradisional ini nyaris dilupakan oleh warga lokal. Bahkan, ketersediaan makanan ini sangat langka dan hanya disediakan oleh beberapa orang pedagang.

Gula Puan sering dijual di pelataran Masjid Agung Palembang, seusai pelaksanaan salat Jumat‎. Hanya beberapa pedagang saja yang menjajakan cemilan ini.

Ali Hanafiah, sejarawan Sumsel mengatakan bahwa minat yang menurun drastis membuat keberadaan Gula Puan tersingkirkan di Sumsel. Praktis, kini tidak banyak lagi pedagang yang mau berjualan makanan pelengkap tersebut.

"Dulunya Gula Puan hanya dinikmati oleh para bangsawan saja, karena harganya sangat mahal. Bahan dasar Gula Puan murni berasal dari susu Kerbau dan kandungan gizinya jauh lebih tinggi dibandingkan susu sapi yang dijual di pasaran saat ini," ucap Ali kepada Liputan6.com‎ di Palembang, Jumat, 29 April 2016.

"Kalau sekarang, sulit mendapatkannya karena sedikit yang mengonsumsinya dan produsen Gula Puan juga berkurang banyak," Ali menambahkan.

Proses pembuatan Gula Puan sendiri adalah susu perah kerbau murni yang dicampur dengan gula pasir kuning dan disangrai selama 7-8 jam hingga kering dan berbentuk pasir.

Upeti Mato Gawe

Gula Puan yang merupakan hasil akhir sangrai susu kerbau awalnya terkenal di masa Kesultanan Palembang Darussalam. Di masa itu, banyak masyarakat Palembang yang dikategorikan sebagai Mato Gawe, yaitu warga miskin yang tidak mempunyai harta benda namun mau bekerja apa pun.

Oleh kesultanan, Mato Gawe dibebaskan dari beban pajak, namun ditugaskan oleh Sultan Palembang Darussalam untuk mengawasi daerah-daerah di Palembang.

Saat Mato Gawe bertandang ke kesultanan, mereka biasanya membawa upeti untuk sultan, salah satunya adalah Gula Puan dari Kabupaten Ogan Ilir.

Karena seringnya Mato Gawe membawakan Gula Puan ke kesultanan, maka para bangsawan yang hanya bisa menikmati makanan ini. Gula Puan biasanya dijadikan pengganti gula pasir, pemanis saat menyantap roti tawar atau cemilan sehari-hari.

"Gula Puan jadi upeti Mato Gawe ke kesultanan, jadi yang mengonsumsinya hanyalah keluarga kesultanan saja," ujar Ali.

Gula Puan Kerbau, salah satu kuliner khas Palembang yang langka. (Liputan6.com/Nefri Inge)

Hanya Diproduksi di Sumsel

Keunikan dari Gula Puan sendiri, yaitu hanya bisa dibuat dari susu perah kerbau di Kabupaten Ogan Ilir. Kandungan susu dari kerbau di kabupaten ini lebih baik daripada susu perah kerbau di daerah mana pun di Nusantara. Kabupaten ini juga memang terkenal sebagai kawasan peternak kerbau terbaik se-Indonesia.

Hingga dekade 90-an, Gula Puan menjadi salah satu makanan pendamping wajib bagi warga Palembang. Untuk berjualan Gula Puan juga tidak sembarangan, para pedagang harus menyimpannya di panci aluminium dan tidak boleh tercampur dengan air sedikit pun.

"Proses pembuatannya saja lama, jadi susu kerbau harus benar-benar dikeringkan dan tidak boleh ada kandungan air sedikit pun. Kuali untuk memasak Gula Puan juga harus khusus, tidak boleh sembarangan. Kalau tercampur air sebelum disajikan, Gula Puan akan langsung berjamur, karena Gula Puan tidak tahan lama," Ali memaparkan.

Untuk memerah susu kerbau, para peternak harus menunggu waktu yang tepat. Karena ada waktu tertentu kerbau tersebut mau diperah, sehingga menghasilkan susu yang berkualitas. Bahkan, susu perah Kabupaten Ogan Ilir ini dilirik oleh negara Amerika Serikat untuk dijadikan bahan dasar pembuatan cokelat.

Untuk bisa menjajakan Gula Puan ke Palembang, para pedagang harus membawanya dari Kabupaten Ogan Ilir ke Palembang dengan jarak tempuh satu hingga dua jam. Terlebih saat fasilitas transportasi di Palembang tidak secanggih sekarang, jarak antara Ogan Ilir ke Palembang harus ditempuh hingga seharian.‎

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya