Naga Sungai Musi Palembang Berasal Dari Cina?

Hingga kini tidak ada catatan sejarah atau berita yang menuliskan adanya penampakan ular naga di Sungai Musi.

oleh Nefri Inge diperbarui 10 Feb 2016, 19:59 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2016, 19:59 WIB
Bus air bantuan dari Departemen Perhubungan berlayar di Sungai Musi, Palembang. Armada bus air ini akan melayani sejumlah trayek dengan ongkos Rp5.000 per penumpang.(Antara)

Liputan6.com, Palembang - Legenda adanya ular naga di perairan Sungai Musi hingga saat ini masih terus dipercaya oleh sebagian masyarakat Palembang. Namun, sejarawan menduga mitos itu diperkirakan berasal dari Cina.

Menurut Rudi Asri, sejarawan Sumatera Selatan sekaligus dosen sejarah di Universitas PGRI (UPGRI) Palembang, legenda naga Sungai Musi itu hanyalah mitos para etnis Cina yang menetap di Palembang. Tidak pernah ada catatan sejarah atau berita yang menuliskan adanya penampakan naga di Sungai Musi.

"Itu hanya mitos Cina. Karena gambar naga dan ikan mas itu, menurut kepercayaan orang Cina, membawa keberuntungan," ujar Rudi kepada Liputan6.com, Rabu (10/2/2016).

Para pendatang dari Cina itu memang diterima baik oleh warga Palembang sejak zaman Kerajaan Sriwijaya. Mereka bisa berbaur dengan warga setempat melalui sektor perdagangan. 

"Etnis Cina masuk ke Sumatera dari sektor perdagangan, terutama perdagangan keramik," imbuh Rudi.

Eratnya hubungan Cina dengan penguasa Palembang bisa dilihat dari banyaknya keramik porselen bergambar naga peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Saking besarnya pengaruh etnis China di Kota Pempek itu, gambar naga masih digunakan hingga saat ini, baik untuk menceritakan sejarah Palembang maupun simbol-simbol tertentu.


"Makanya, jika ada keramik peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ada gambar naga atau ikan mas, harganya pasti sangat mahal dan ditaksir bisa ratusan juta," kata Rudi.

Warga Sumsel Keturunan Cina

Selain mitos naga yang dibawa oleh kalangan etnis Cina, sebagian orang percaya hingga saat ini penduduk Sumatera Selatan (Sumsel) juga merupakan keturunan Cina.

Hal itu sangat kentara dengan bentuk fisik mata sipit dan kulit kuning langsat yang mirip dengan etnis Cina. Apalagi, saat itu sering terjadi pernikahan antarbangsa di zaman Kerajaan Sriwijaya.

"Sebagai pendatang, para pria China banyak tertarik mempersunting wanita asli Sumsel. Khusus untuk wanita Cina, hanya bisa dipersunting oleh raja-raja dan petinggi kerajaan Sriwijaya," papar Rudi.

‎Imigrasi besar-besaran etnis Cina di tahun 600-an diperkirakan terjadi karena banyak faktor. Salah satunya karena di daerah China dilanda kekeringan ataupun banjir besar, sehingga daerahnya tidak layak huni. Mereka akhirnya menyeberang ke Malaysia dan disebut dengan nama Suku Melayu.

Lalu, mereka menyeberang ke Sumatera dan menetap di kawasan Sumsel. Berbagai peninggalan maupun kebiasaan mereka juga sampai saat ini masih ada, seperti pembuatan gerabah dan lakwer - sejenis lukisan kayu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya