Liputan6.com, Palembang - Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sempat mengepung sejumlah kawasan Sumatera dan Kalimantan beberapa waktu lalu. Salah satu kota yang sempat berselimut kabut, yakni Palembang di Sumatera Selatan.
Gubernur Sumsel Alex Noerdin pun malu dibuatnya. Apalagi ketika dirinya disebut sebagai Gubernur Asap.
"Pemprov Sumsel sebenarnya merasa malu, karena yang terjadi di sini seharusnya menjadi tanggung jawab daerah. Tapi jika kita tidak serius menggarapnya, maka akan lebih malu lagi," kata Alex Noerdin di Griya Agung Sumsel, Jumat (26/5/2016).
"Saya tidak mau lagi disebut Gubernur Asap oleh warga Singapura," sambung dia.
Untuk meminimalisir terjadinya kebakaran hutan dan lahan dan memperbaiki terjadinya dampaknya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel menggandeng enam lembaga swadaya masyarakat (LSM) internasional. Bergabungnya LSM internasional ini sebagai bentuk kemitraan pengelolaan lanskap di Sumsel.
"Oleh karena itu, bagaimana caranya agar tahun ini zero kebakaran hutan dan asap. Kita menyambut baik bantuan dari luar ini," tutur Alex.
Baca Juga
Dia menuturkan bantuan berupa 19 pesawat water boombing dari Singapura, Malaysia, dan Australia untuk memadamkan karhutla dan kabut asap di Sumsel beberapa waktu lalu dirasa tidak terlalu berdampak besar. Untuk itulah, jajarannya memilih memperkuat kerjasama dengan LSM ini demi menekan potensi karhutla di Sumsel.
Sementara itu, Direktur APP Sinar Mas Suhendra Wiriadinata menuturkan, jajarannya sudah menyalurkan dana pencegahan dan pemulihan karhutla sebesar US$ 10 juta ke LSM Yayasan Belantara.
"Kita juga mengalokasikan bantuan untuk pembentukan Desa Makmur Peduli Api dan infrastruktur pencegahan kebakaran hutan dan lahan yang mencapai US $ 30 juta," ucap Suhendra.
Berdasarkan data tahun 2015, karhutla yang terjadi di Sumsel menghabiskan 736.563 hektare lahan yang terbakar dan 74 persennya berasal dari area konsesi perkebunan Hutan tanaman industri (HTI).