Liputan6.com, Makassar - Ironis nasib kakek pejuang di Sulawesi Selatan ini. Di masa mudanya berjuang bertaruh nyawa memperjuangkan kemerdekaan NKRI, di masa senjanya kini berjuang untuk bertahan hidup di tengah kesulitan ekonominya.
Daeng Nuru (86) namanya, asal Bonto Bila Desa Bajeng, Kabupaten Gowa, Sulsel. Waktu masih muda perkasa, dia tergabung dalam laskar pejuang Bajeng yang gigih melawan penjajah Belanda. Medan perangnya di seputaran Gowa.
Baca Juga
Kini dia hidup sebatang kara setelah istrinya lebih dahulu menghadap sang Khalik. Tak banyak yang dapat diperbuatnya dengan kondisi tubuh yang sudah dimakan usia tersebut. Namun darah juangnya masih kental. Daeng Nuru tak mau mengemis dan berjuang keras melintasi sisa hidupnya.
Demi mencari pengganjal perut, setiap hari Daeng Nuru jalan berkilo-kilometer mengumpulkan nasi sisa di sekitar rumah makan yang dilewatinya. Nasi sisa buangan rumah makan itu dia keringkan agar bisa awet dimakan.
"Kami sangat miris melihatnya. Kegiatan sehari-harinya mengumpulkan nasi basi untuk dijemur dan dimakan kembali," kata Ketua Komunitas Indahnya Berbagi Makassar (IBM) R. Kaharuddin kepada Liputan6.com, Kamis, 23 Juni 2016.
Advertisement
Tak hanya makan nasi basi alias nasi aking, kata R. Kaharuddin, selama hidup Daeng Nuru tinggal dalam sebuah gubuk tua yang tersusun dari tempelan-tempelan kayu gamacca.
"Dia hidup sebatang kara. BPJS ada, tapi ironisnya ia tidak dapat beras raskin. Atas dasar itulah kita dari Komunitas IBM mengumpulkan dana mewujudkan impian Daeng Nuru yang selama ini belum terwujud," ucap R. Kaharuddin.
Daeng Nuru punya mimpi ingin memiliki seekor kambing jantan agar ia dapat bertahan hidup dengan beternak kambing. "Iya. punya seekor kambing betina dan ketika ia punya kambing jantan tentunya akan menghasilkan anak. Itulah yang ia harapkan selama ini bagaimana ia mandiri mengisi hari hari tuanya dengan seorang diri," kata R. Kaharuddin.