Liputan6.com, Medan - Sengketa tanah tempat berdirinya Sekolah Cinta Budaya (Chong Wen) di Kompleks MMTC, Jalan Williem Iskandar, Medan, Sumatera Utara tak kunjung usai. Alhasil, pemilik tanah mantan Pangdam I/BB Mayjend (purn) TNI Burhanuddin Siagian menggembok pintu masuk ke tanah miliknya.
Akibat penggembokan tersebut, ratusan wali murid yang hendak mengantarkan anaknya ke sekolah tidak bisa masuk. Ratusan wali murid menunggu di depan gerbang sekolah dengan kondisi hujan.
Wali murid yang kesal berkumpul untuk menjatuhkan gerbang sekolah. Petugas kepolisian yang sedang berjaga langsung membuat pagar betis di depan gerbang untuk menghalangi amukan wali murid.
"Mana yayasan kita? Ini kita udah hujan-hujanan dari tadi. Kalau anak kita sakit, yayasan mau tanggung nggak?" ucap seorang wali murid yang mengaku menunggu dua jam, Senin (18/7/2016) pagi.
Kapolresta Medan Kombes Mardiaz Kusin Dwihananto yang berada di lokasi untuk berjaga-jaga turut meredam kemarahan para wali murid.
Baca Juga
"Tenang Bu, tenang. Jangan buat keributan. Pak Kapolda sedang musyawarah dengan Pak Burhanuddin. Kita harap segera selesai," kata Mardiaz.
Di pos penjagaan, Kapolda Sumut Irjen R Budi Winarso berdiskusi serius dengan Burhanuddin Siagian dan Yayasan Cinta Budaya yang diwakili Pau Kok. Kapolda meminta agar pihak yayasan segera menyelesaikan sengketa tanah itu.
"Pihak yayasan harus segera selesaikan. Tidak ada masalah yang tak bisa diselesaikan. Saya akan mediasi kedua pihak hari ini juga," ujar Kapolda.
Setelah diskusi selesai, akhirnya pemilik tanah Burhanuddin membuka gembok sekolah dan semua murid diperbolehkan masuk untuk bersekolah. Dia menyatakan dirinya tidak bermaksud menghalangi siswa untuk sekolah pada hari pertama. Apalagi, ia pernah menjadi pendidik selama 15 tahun.
"Saya gembok pintu gerbang untuk melindungi tanah saya, bukan untuk mengintimidasi pendidikan. Karena kalau misalnya sekolah ada apa-apa, pemilik tanah yang kena. Tapi selama ini, pihak yayasan tidak ada itikad baik sama saya, malah saya pernah difitnah," ujar Burhanuddin.