Masjid Kayu Peninggalan Zaman Prasejarah di Situs Batu Tondon

Masjid kayu itu berada tepat di atas hamparan bukit bebatuan gamping seluas 300 meter.

oleh Eka Hakim diperbarui 25 Okt 2016, 19:15 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2016, 19:15 WIB
Masjid Kayu Peninggalan Zaman Prasejarah di Situs Batu Tondon
Masjid kayu itu berada tepat di atas hamparan bukit bebatuan gamping seluas 300 meter. (Liputan6.com/Eka Hakim)

Liputan6.com, Makassar - Kabupaten Enrekang merupakan salah satu daerah di Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki banyak tempat sejarah. Salah satunya keberadaan masjid yang berusia ratusan tahun dan situs batu tondon yang terletak di Tondon, Desa Tongkonan, Kecamatan Enrekang, Sulsel.

Masjid yang terbuat seluruhnya dari bahan kayu dan bambu itu merupakan peninggalan prasejarah. Pembangunannya tepat di atas hamparan bukit bebatuan gamping seluas 300 meter persegi dan dikelilingi berbagai bentuk batu berlubang yang berjumlah 56 buah.

Ardi (48), salah seorang warga sekitar, mengatakan masjid tua itu saat ini dijadikan sebagai salah satu kawasan wisata Kabupaten Enrekang. Masjid tua itu pun banyak dikunjungi  wisatawan lokal dan mancanegara.

"Lokasinya tanjakan dan cukup menantang karena hanya bisa dilalui dengan naik motor cross, kemudian berjalan kaki. Yah, sekitar 20 kilometer dari Kota Enrekang," kata Ardi via WhatsApp, Jumat, 21 Oktober 2016.

Masjid tersebut sampai detik ini masih dimanfaatkan masyarakat setempat meski lokasinya jauh dari permukiman warga. "Permukiman di bawah bukit dan ketika hendak beribadah, warga berjalan kaki menanjak ke atas bukit dan melaksanakan salat di masjid tua tersebut," tutur Ardi.

Ardi menyebut tak ada yang mengetahui persis sejarah awal keberadaan masjid di Tondon tersebut. Namun, warga setempat meyakini masjid itu dibangun bersamaan dengan masuknya agama Islam di daerah yang dikenal dengan nama Bumi Masenrempulu atau daerah pinggiran gunung.

"Masyarakat di sini, meski mayoritas muslim, tetapi tetap juga masih melestarikan adat orang dulu atau adat to jolo yang masih menjalankan aliran kepercayaan nenek moyang," ujar Ardi.‎

Salah satu bukti adalah keberadaan sapo kaluppini atau rumah adat kaluppini yang letaknya tak jauh dari masjid. "Di rumah adat sering dilaksanakan adat ‎Maccerang Manurung yang diadakan sekali dalam delapan tahun," ucap dia.‎

Situs Batu Tondon

Masjid Kayu Peninggalan Zaman Prasejarah di Situs Batu Tondon
Masjid kayu itu berada tepat di atas hamparan bukit bebatuan gamping seluas 300 meter. (Liputan6.com/Eka Hakim)

Situs Batu Tondon yang terdapat di sekeliling masjid merupakan situs gunung berupa hamparan batuan andesit dengan berbagai bentuk goresan pada permukaannya.

Goresan di hamparan batuan tersebut memiliki beragam bentuk. Bentuk goresan batu yang sering terlihat adalah garis sejajar, garis dua Romawi, garis silang, garis pagar, garis kotak menyilang, garis bintang, dan garis kotak. Selain goresan yang berbentuk, banyak pula goresan yang bentuknya tidak beraturan.

Goresan pertama adalah bentuk garis sejajar. Goresan garis sejajar adalah goresan garis lurus yang berjejer dan tersusun sejajar.

Panjang garis yang paling pendek 8 cm dan yang paling panjang 40 cm. Jumlah goresan yang terlihat di garis sejajar ada tiga garis dan ada pula hingga 27 garis. Kedua adalah bentuk garis dua Romawi.

Selanjutnya, goresan lainnya ada yang berbentuk angka II. Bentuknya berupa dua garis horisontal yang sejajar dan disilang oleh dua garis vertikal di bagian sudut atas dan di bagian sudut bawah.

Selain itu, juga ada goresan berbentuk garis silang di mana garis diagonal yang saling menyilang. Ukuran garis yang paling kecil 10 cm dan yang paling besar 50 cm, serta ada goresan yang berbentuk garis pagar.

Goresan garis pagar itu terbentuk dari goresan garis vertikal yang tersusun berjejer dan di bagian tengah disilang oleh satu garis horisontal. Tak hanya itu, di sekeliling masjid juga terdapat tumpang dan batu berlubang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya