Liputan6.com, Bandar Lampung - Seekor anak gajah Sumatera liar diperkirakan berumur tiga bulan di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung tewas. Nasib naas si gajah kecil diduga terkait konflik gajah dan manusia.
"Konflik dengan warga saat rombongan gajah liar keluar kawasan untuk mencari makan di areal pertanian warga setempat," kata Sukatmoko, Koordinator Humas TNWK mewakili Subakir, Kepala Balai TNWK di Lampung Timur, Rabu (23/11/2016), dilansir Antara.
Kejadiannya pada Senin malam, 21 November 2016, saat sejumlah kawanan gajah liar Sumatera (Elephas maximus sumatrensis) keluar dari kawasan hutan TNWK untuk mencari makan di areal pertanian warga di wilayah Kecamatan Braja Selebah, Lampung Timur, tidak jauh dari kawasan hutan tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Warga setempat berusaha mengusir kawanan gajah liar itu karena dikhawatirkan akan memakan dan merusak tanaman pertanian milik mereka.
"Anak gajah liar berjenis kelamin betina itu diperkirakan ikut mencari makan bersama induknya, dan saat diusir oleh warga dari areal pertanian kemungkinan anak gajah itu ini terinjak-injak induknya atau gajah liar lainnya sehingga akhirnya mati," kata dia lagi.
Saat ini, kata Sukatmoko, bangkai anak gajah itu telah dievakuasi untuk dikuburkan. Anak gajah itu dikuburkan di areal Pusat Koservasi Gajah Way Kambas.
Selama ini, penduduk di sekitar TNWK merasakan kerugian dari konflik manusia dengan gajah liar berupa kehilangan sebagian hasil budi daya pertanian dan perkebunan mereka. Korban jiwa juga kerap berjatuhan, baik pada manusia maupun gajah tersebut.
Gangguan gajah liar telah mempengaruhi kehidupan sebagian penduduk yang tinggal di pinggir berbatasan dengan kawasan hutan TNWK. Konflik manusia dengan gajah sejak tahun 1980-an telah mengakibatkan masyarakat berada pada posisi yang rentan, mengingat gajah sumatera merupakan satwa langka yang dilindungi di dunia.
Banyak yang Sayang Gajah
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu Abu Bakar mengatakan bahwa minat beberapa pihak untuk melestarikan gajah sumatra (Elephas maximus Sumatranus) cukup tinggi. Indikatornya adalah tingginya permohonan mendapatkan satwa langka itu.
"Ada banyak lembaga konservasi yang menghubungi kami yang intinya berminat mendapatkan gajah untuk keperluan konservasi," kata Abu Bakar.
Ia mengatakan hal itu terkait aksi sejumlah netizen yang menggalang suara, menolak pemindahan sejumlah gajah dari Pusat Latihan Gajah (PLG) di Taman Wisata Alam Seblat ke salah satu lembaga konservasi di Denpasar, Bali.
Meski belum mengetahui perihal permintaan gajah dari lembaga konservasi di Bali tersebut, Abu mengakui bahwa sejumlah lembaga konservasi di Indonesia memang kerap menghubungi BKSDA Bengkulu untuk mendapatkan gajah untuk upaya konservasi gajah Sumatera.
"Saya belum mengetahui ada surat dari lembaga konservasi di Bali yang ditujukan ke Kementerian LHK, tapi memang beberapa lembaga sering menghubungi kami, tidak hanya dari Bali tapi juga Lombok dan Jawa Timur," kata dia.
Pada dasarnya kata Abu, pihaknya menyambut baik upaya pihak lain mengkonservasi gajah Sumatera yang tujuannya tentu untuk kesejahteraan satwa yang lebih meningkat.
Namun, semua keputusan terkait konservasi gajah Sumatera berada di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta.
"Kalau perintah dari Jakarta menyuruh dipindahkan maka kami harus laksanakan, tapi kalau belum ada perintah berarti tetap di Seblat," ujarnya.
Abu menambahkan bahwa keberadaan PLG Seblat di TWA Seblat, Kabupaten Bengkulu Utara pada hakekatnya untuk kesejahteraan gajah agar dapat berkembangbiak sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan konservasi.
Saat ini terdapat 12 ekor gajah binaan di PLG Seblat yang menunjang pariwisata di TWA Seblat sekaligus mendukung patroli pengamanan kawasan hutan dari perambahan.
Sementara sejumlah netizen menggalang suara dengan tagar #stoppemindahangajahseblat dan #tolakpemindahangajahseblat sebagai penolakan terhadap pemindahan gajah Sumatera yang terdapat di PLG Seblat ke lembaga konservasi di luar Sumatera.
Foto dua ekor gajah Sumatera di PLG Seblat dilengkapi tagar #stoprelokasigajahseblat diposting di akun instagram @fianbkl pada Selasa pukul 11.00 WIB.
Beberapa menit setelah diunggah, foto tersebut telah diposting ulang oleh sejumlah pengguna media sosial instagram, disukai sebanyak 270 pemilik akun dan 20 komentar dari netizen.