Liputan6.com, Majalengka - Sebagian besar tempat wisata alam di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning) memiliki nilai dan keterkaitan sejarah. Selain menikmati keindahan alam dan seisinya, berwisata di Cirebon juga akan mendapatkan pengetahuan mengenai kearifan lokal setempat.
Satu di antaranya objek wisata Situ Sangiang di Desa Banjaran, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Letaknya sekitar 27 kilometer dari pusat Kabupaten Majalengka menuju arah Kecamatan Talaga atau Cikijing. Situ Sanghyang ini memiliki pemandangan alam yang begitu indah menyejukkan mata, terutama saat menyambut matahari pagi.
Selain pemandangan indah, Situ Sangiang mempunyai nilai sejarah yang menjadikan lokasi ini sangat cocok dijadikan referensi wisata. Salah seorang Juru Kunci Situ Sangiang Majalengka, Mustofa menuturkan, dari sejarahnya, danau ini dipercaya sebagai tempat menghilangnya Keraton Talaga Manggung.
"Menurut legenda, situ ini diyakini sebagai tempat hilangnya atau tilemnya Prabu Talaga Manggung dan keratonnya ketika dikhianati menantunya, Patih Palembang Gunung. Kira-kira abad ke 15," ucap Mustofa kepada Liputan6.com, Minggu, 8 Januari 2017.
Baca Juga
Kala itu, lanjut Mustofa, Prabu Talaga Manggung berdoa dan memohon kepada Yang Maha Kuasa agar keratonnya menghilang. Doa sang Prabu Talaga pun dikabulkan, sehingga Keraton Talaga Manggung benar-benar menghilang dan menjadi situ.
Dia menjelaskan, dalam bahasa Sunda, istilah "nga-hyang" berarti menghilang atau tak terlihat. "Karena itu objek wisata tersebut dinamakan Situ Sangiang."
Objek wisata ini memiliki luas 107 hektare, dengan luas Situ atau Telaga Sangiang 19,7 ha. Situ Sangiang masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ceremai (TNGC).
Advertisement
Hutan yang rimbun tampak masih terjaga mengelilingi area situ. Yang di dalamnya hidup beragam hewan seperti kijang, surili, lutung, elang jenis elang jawa, dan elang labido serta aneka jenis ikan yang hidup di danau.
Keanekaragaman hayati di objek wisata Situ Sangiang ini sangat terjaga dengan baik berkat kearifan lokal yang masih dipegang teguh oleh masyarakat. Sementara itu, fasilitas di Situ Sangiang terbilang baik, selain loket karcis juga tersedia parkir, toilet, dermaga bambu yang menarik untuk dijadikan tempat mengabadikan gambar dan tempat istirahat.
Bagi wisatawan yang tertarik mengelilingi situ, terdapat juga jalur sepanjang kurang lebih tiga kilometer. Jalur ini akan membuat pengunjung berkeliling lebih jauh menyusuri tepian situ.
Pelancong dapat pula memberi makan ikan-ikan di telaga. Namun jangan coba-coba untuk menangkapnya karena hal ini jelas dilarang.
Akses jalan menuju Situ Sangiang saat ini terbilang bagus. Di sepanjang jalan hotmix, wisatawan akan disuguhi pemandangan alam khas dataran tinggi yang menakjubkan.
Hanya saja memang masih belum ada transportasi umum menuju Situ Sangiang ini. Objek wisata ini akan ramai dikunjungi pada akhir pekan, bukan hanya diramaikan oleh wisatawan lokal saja.
Mustofa menyebutkan, di Situ Sangiang ini juga terdapat makam Sunan Parung. Sunan Parung dipercaya adalah salah satu raja dari Kerajaan Talaga Manggung.
"Makam Sunan Parung sering didatangi peziarah bukan hanya dari wilayah Majalengka, tetapi juga berasal dari luar daerah," sebut Mustofa.
Uniknya, air di situ ini akan tampak surut di musim penghujan. Sementara bila musim kemarau tiba, air di telaga akan bertambah.
Mustofa menambahkan, fenomena air di Situ Sangiang hingga saat ini belum terungkap penjelasan ilmiahnya. Namun, fenomena tersebut kerap dimanfaatkan oleh warga sebagai pertanda datangnya pergantian musim.
"Jangan tidak percaya, air situ ini kalau sekarang musim hujan surut, tapi kalau musim kemarau datang justru akan bertambah sampai batas ujung sana," ujar Mustofa sembari menunjuk batas genangan air Situ Sangiang, Majalengka.