Sarapan Pagi Nikmat dengan Semangkuk Soto Legendaris Garut

Warung Soto Ahri yang terletak di Jalan Mandalagiri, Kelurahan Ciwalen, Kecamatan Garut Kota, masih menjadi buruan warga untuk sarapan pagi.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 10 Mei 2017, 06:01 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2017, 06:01 WIB
Salam Pagi
Soto Ahri, kuliner legendaris sekaligus paling tua di Kabupaten Garut, Jawa Barat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Bagi Anda warga asal Garut (Asgar), Jawa Barat tentu tak akan asing dengan kuliner yang satu ini. Kuah atau karinya kental dengan bumbu rempah-rempah alami alam Indonesia, daging sapi yang empuk plus taburan kacang dan bawang goreng, menjadikan sarapan pagi Anda mantap.

Adalah Soto Ahri, kuliner legendaris sekaligus paling tua di kabupaten Garut yang masih eksis hingga kini, mulai jualan sekitar tahun 1943 silam, kuliner yang berada di Jalan Mandalagiri, Kelurahan Ciwalen, Kecamatan Garut Kota, masih menjadi buruan sarapan warga Garut.

"Setengah tujuh pagi kita sudah siap (jualan)," ucap Endang, generasi kedua dari Haji Ahri yang kesohor akan sotonya sejak zaman Belanda, saat ditemui di warungnya, Selasa pagi, 9 Mei 2107.

Warung kuliner yang berada di Gang Harjo No 203 ini memang agak unik. Selain tempatnya yang agak tersembunyi, seluruh alat pembakarannya masih alami menggunakan tungku dan arang.

"Mungkin yang membedakan kami dengan yang lain dari pola masaknya karena pakai arang tadi," ujar dia sembari menunjuk tumpukan arang yang berada di rumahnya.

Kudapan Soto Ahri memang ajib buat sarapan pagi Anda. Kuahnya yang asin gurih dengan santan kuning yang cukup pekat karena banyak mengandung bumbu dan rempah-rempah, sangat cocok dipadukan dengan potongan daging sapi empuk tanpa lemak.

Alhasil, satu porsi nasi dirasa kurang untuk sarapan Anda. "Alhamdulillah kebanyakan pada nambah lagi minimal setengah porsi," ujar dia sambil tersenyum.

Endang mengatakan, pemilihan bahan yang tepat seperti daging sapi segar dari ternak lokal. "Saya tidak pakai daging impor karena tidak segar."

Kemudian, bumbu rempah yang tepat, serta cara penggodokan daging yang menggunakan arang, menjadikan Soto Ahri cukup dikenal. "Kalau pakai arang itu apinya baik dan wangi, jadi bumbunya meresap ke dalam daging," tutur dia, sedikit membocorkan resep masakannya.

Tak ayal, sekalipun persaingan di bisnis kuliner Garut semakin ketat seiring menjamurnya masakan baru, penggemar fanatik Soto Ahri tetap terjaga.

Jaga Kualitas Rasa

Salam Pagi
Soto Ahri, kuliner legendaris sekaligus paling tua di Kabupaten Garut, Jawa Barat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

"Saya masih ingat amanat ayah (Ahri) jangan pernah sekali-kali mengubah takaran kualitas rasa hanya karena untung sesaat, makanya kualitas (masakan) kami jaga betul," ujar Endang.

Untuk harga satu porsi, ia mematok harga Rp 25 ribu. Harga yang terbilang mahal untuk ukuran kantong orang daerah, namun angka itu tidak seberapa jika dibandingkan kualitas rasa yang dirasakan.

"Sebandinglah dengan rasanya, apalagi harga daging sapi kan naik juga," ujar Yadi, salah satu pembeli asal Kota Garut, saat memulai sarapan paginya.

Karena kekhasannya itu, tak jarang ia kerap membawa rekan atau kerabat dari luar kota Garut untuk mencicipi kuliner khas Garut itu. "Kadang berempat berlima tergantung yang datang," ujar Yadi yang merupakan seorang pengusaha menambahkan.

Endang menambahkan, meskipun dagangannya terbilang singkat hanya sampai pukul 10.00 pagi setiap harinya, namun tak kurang 150-200 porsi berhasil ia jual setiap harinya. "Kalau weekend beda lagi bisa lebih (banyak pengunjung)."

Bahkan bagi pelancong luar kota, agen perjalanan wisata yang sering wara-wiri Garut kerap membawa wisatawan singgah di warungnya. "Ada dari Prancis, Belanda, Hongkong, China," sebut dia.

Untuk melayani pelanggan fanatik yang menyukai daging jeroan, khusus Sabtu dan Minggu ataupun momen liburan panjang, lapaknya sering menyediakan jeroan yang terdiri dari babat, lidah dan lainnya. "Tapi tidak banyak dan itu pun masaknya dipisah," kata dia.

Alasannya, kuah hasil rendaman (penggodokan) jeroan khawatir bercampur dengan daging sapi. "Maklum ada pembeli kadang takut kalau makan jeroan atau ada kuah jeroan malah komplain asam uratnya jadi kambuh," ujar dia berkelakar.

Di tengah persaingan kuliner yang semakin ketat, ia berhasil menancapkan hegemoni soto lokal asal Garut yang masih eksis hingga kini. Total cabang yang ia buka sudah ada lima titik. "Empat cabang di bandug, satu di Garut," ujar dia.

Bagi pelancong yang tengah berlibur di Garut atau kawasan Bandung, cabang Soto Ahri bisa menjadi alternatif sarapan pagi.

"Di Bandung ada di Buah Batu, Margahayu, Jogja Sukajadi, dan Taman Kopo Indah dua. Sementara cabang Garut di Jalan Cimanuk," Endang menutup obrolannya.


Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya