Liputan6.com, Yogyakarta - Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) baru periode 2017-2022 Panut Mulyono resmi dilantik Majelis Wali Amanat (MWA) UGM di Balai Senat UGM. Pelantikan yang dihadiri Ketua MWA UGM yang juga Mensesneg Pratikno, Senat Akademik UGM, anggota dewan guru besar UGM dan rektor 2012-2017 beserta para dosen.
Dalam Pidato Rektor UGM, Panut mengatakan akan membawa UGM ke tahap ke 7. Tahap pertama atau tahap persemaian, menurut dia, telah dimulai sejak 1946 dengan berdirinya Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada di Gedung KNI, di Jalan Malioboro.
Tahap kedua atau tahap pelayanan pondasi dengan terbentuknya Universitas Gadjah Mada pada 16 Desember 1949. "Tahap ketiga atau tahap konsolidasi terjadi pada tahun 1950-an. Di mana kampus sudah berada di Bulaksumur dan Sekip," kata dia di Balai Senat, Jumat (26/5/2017).
Panut mengatakan tahap keempat atau tahap networking dimulai pada 1960-an hingga 1990-an. Dalam tahap itu, program-program UGM mulai digunakan pemerintah seperti BUUD/KUD (badan Usaha Unit Desa/ koperasi unit desa), dll.
Sementara, tahap ke lima atau tahap rujukan terjadi pada 1980-an dengan berkembangnya program S2 UGM. Selain itu pada 1992, tercatat ada 280 mahasiswa asing dan 52 dosen asing yang masuk program internasionalisasi UGM.
Baca Juga
"Tahap keenam atau esteem diraih sekitar 1990-an hingga saat ini, yaitu berbagai penghargaan diperoleh UGM mulai tingkat nasional hingga internasional. Tahap esteem ini merupakan tahap kemenangan UGM," katanya.
Bagi Panut, UGM memasuki tahap ketujuh atau tahap ke tujuh lintasan sejarah karya UGM yang dimulai pada hari ini. Tahap ketujuh, jelasnya adalah tahap tugas dan peradaban yang UGM harus aktif dalam memandu dan mengarahkan peradaban baru Indonesia.
"Saya membagi tugas dan peradaban menjadi empat lingkup atau jagad. Yaitu jagad alit, jagad tengah, jagad ageng dan jagad njaba," ujarnya.
Jagad alit, kata Panut, adalah penguatan di internal UGM mulai dari mahasiswa, tenaga kependidikan, dan dosen. Jagad tengah atau lingkup Yogyakarta berarti UGM harus bersinergi dengan Yogyakarta dalam Hamemayu Hayuning Bawono Ngayogyakarta Hadiningrat.
Sementara, jagad ageng, menurut Panut, adalah UGM harus membawa kekuatan hakiki yaitu ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk Indonesia. Terakhir, jagad njaba adalah pada lingkup global, UGM tidak ingin membangun persaingan dengan siapapun.
"Melainkan akan membangun kerja sama dengan siapapun untuk membangun kemuliaan-kemuliaan kehidupan dan penghidupan manusia dan kemuliaan alam dalam skala global," ujar Rektor UGM baru itu.