Pagi di Kampung Kopi Pegunungan Banyuwangi

Desa Telemung ini terus dikembangkan menjadi sebuah destinasi desa wisata berupa Kampung Kopi.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 31 Mei 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2017, 06:00 WIB
Kampung Kopi Banyuwangi
Desa Telemung ini terus dikembangkan menjadi sebuah destinasi desa wisata berupa Kampung Kopi. (Liputan6.com/Dian Kurniawan).

Liputan6.com, Banyuwangi - Banyuwangi, Jawa Timur memiliki 10 desa wisata yang berbasis potensi lokal, salah satunya adalah Desa Telemung, Kecamatan Kalipuro. Telemung kini terus dikembangkan menjadi sebuah destinasi desa wisata, berupa Kampung Kopi. Menikmati pagi di kampung ini tentu harus dengan kopi.

Banyuwangi memang merupakan daerah penghasil kopi, salah satu sentranya di Desa Telemung. Desa ini lokasinya di lereng Pegunungan Ijen, Banyuwangi. Luas wilayahnya mencapai 550 hektare. Dari luas tersebut, sekitar 330 hektare merupakan perkebunan kopi rakyat.

Menuju desa tersebut, para pengunjung akan menikmati jalanan yang berliku dan menanjak khas pegunungan dengan dikelilingi kebun kopi. Saat musim kopi tiba, di depan setiap rumah akan terhampar kopi yang dijemur, menimbulkan aroma khas tersendiri bagi siapapun yang melintasi kawasan tersebut.  

Di desa ini terdapat Omah Kopi. Rumah bergaya Suku Using itu menjadi sentra pembuatan kopi rakyat. Tidak hanya pembuatan kopi, di sekitarnya juga terdapat pembuatan gula merah dan kopiah dari anyaman bambu.

Ya, Desa Telemung tidak hanya menghasilkan kopi, tetapi juga memiliki potensi lainnya seperti aren (gula merah) sampai kopiah dari anyaman bambu. Sehingga selain bisa menikmati kopi rakyat, pengunjung juga bisa membeli oleh-oleh serbuk gula merah dan kerajinan anyaman bambu terutama kopiah.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas pun tertarik untuk mengembangkan desa wisata ini. Bahkan Anas berniat menggerakkan warga desa Telemung untuk mengembangkan potensi kopinya.

"Omah Kopi ini bisa menjadi house-nya. Lama-lama nantinya usaha-usaha rakyat di sekitar bisa ikut tumbuh," tutur Anas dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Sabtu 27 Mei 2017.

Menurut Anas, destinasi wisata ini menjadi potensi besar untuk meningkatkan perekonomian warga Telemung. Anas pun menyarankan warga agar kopi tak lagi dijual bijian pada pedagang. Kopi rakyat bisa diolah dan disangrai sendiri, lalu dijual dalam bentuk kemasan yang menarik.

"Kalau cara menyangrainya benar, kopi itu akan memiliki nilai lebih. Apalagi warga Telemung mayoritas memiliki kebun kopi sendiri," kata Anas.
Desa Telemung ini terus dikembangkan menjadi sebuah destinasi desa wisata berupa Kampung Kopi. (Liputan6.com/Dian Kurniawan).
Meningkatkan kualitas pengolahan kopi di Telemung, Anas meminta di sekolah-sekolah Telemung didatangkan ahli kopi untuk mengajarkan ilmunya. Mulai dari bagaimana memetik, memilih, menjemur, hingga menyangrai kopi. Untuk awal, guru-gurunya terlebih dahulu dilatih. Setelah itu, guru mengajarkan pada siswanya.

"Ini bisa menjadi ekstrakurikuler untuk anak-anak di sekolah. Kalau hanya melatih orangtuanya saja, tidak ada kaderisasi pada anak-anak. Dengan cara ini, Telemung bisa menjadi kampung kopi. Karena potensinya besar," ucap Anas.

Bahkan Anas meminta pada Kepala Dinas Pendidikan, Sulihtiyono, untuk mengadopsi konsep Sisa Asuh Sebaya (SAS) di Desa Telemung.

"Anak dari pengusaha kopi yang sukses di Telemung, bisa membawa kopi ke sekolah. Kopi tersebut digunakan bahan pembelajaran bersama bagi siswa, bagaimana cara menjemur kopi, sampai menyangrai dengan benar. Itu nanti akan diberlakukan di SD dan SMP, jadi sejak dini anak sudah tahu kualitas pengolahan kopi yang baik," kata Anas.

Selain kopi, warga Telemung juga memproduksi aren dan kopiah berbahan dasar bambu. Produk kopiah anyaman bambu ini sudah tersebar hampir seluruh Jawa, Sumatera hingga Sulawesi. Lagi-lagi kerajinan itu dilihat Anas sebagai potensi.

"Saya melihat ini sangat potensial. Produknya sudah tersebar sampai ke luar pulau. Tinggal ditambahi sedikit ornamen khas Banyuwanginya," ujar Anas.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya