Liputan6.com, Yogyakarta - Beberapa mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta bekerja sama menciptakan aplikasi investasi berbasis peternakan yang menjadi penghubung investor dengan peternak sapi.
Ray Rezky Ananda, mahasiswa Fakultas Peternakan, Hanifah Nisrina, mahasiswa Faktultas Kedokteran Hewan, serta Ayub dan Fata, mahasiswa Fakultas Teknik memberi nama temuannya Bantuternak.
Aplikasi ini sudah dirilis di Playstore pada akhir Mei 2017 dan telah diunduh ratusan pengguna orang. Saat ini, Bantuternak menggandeng 30 investor dan melibatkan 15 peternak sapi di Dusun Plemadu, Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Advertisement
Baca Juga
Mekanisme investasi Bantuternak adalah memberikan satu sapi setiap ada investor masuk. Investasi yang ditawarkan mulai dari program masa investasi jangka pendek yaitu lima bulan. Satu ekor sapi dengan paket harga Rp 12 juta termasuk pakan dan vaksinasi akan dipelihara peternak selama lima bulan untuk kemudian dijual kembali.
"Hasil dan keuntungan penjualan akan dibagi kepada investor, peternak, dan tim manajemen Bantuternak," ujar Ray Rezky beberapa waktu lalu. Komposisi persentase bagi hasilnya investor, peternak, dan tim manajemen adalah 70:20:10.
Lewat aplikasi ini, investor tidak hanya melihat profil dan memilih peternak, melainkan juga dapat memantau perkembangan ternak karena terdapat laporan mingguan yang memaparkan kondisi ternak, baik status kesehatan, berat badan, pakan, vaksin, serta estimasi harga jual.
Ray Rezky menuturkan pengembangan usaha ini berawal dari keprihatinan mereka terhadap kondisi peternakan Indonesia, khususnya peternakan sapi yang semakin menurun. Salah satu penyebabnya, sulitnya peternak memperoleh modal untuk membeli anak sapi.
"Masih ditambah tidak imbangnya pasokan daging, 30 persen daging sapi masih impor, bahkan pemerintah mengeluarkan anggaran Rp 1 triliun untuk impor sapi pada 2016," ucap Ray Rezky.