Bitung, 'Kantong' Warga Filipina di Indonesia

Bitung merupakan kota pelabuhan terbesar di Indonesia timur, tetapi menjadi favorit warga Filipina.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 04 Jul 2017, 19:30 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2017, 19:30 WIB
Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung, Sulut
Bitung merupakan kota pelabuhan terbesar di Indonesia timur, namun menjadi favorit warga Filipina tinggal. (Liputan6.com/Yoseph Ikanubun).

Liputan6.com, Bitung - Menjadi salah satu kota pelabuhan terbesar di Indonesia timur, Kota Bitung, Sulawesi Utara, menjadi pilihan utama warga pelintas batas Indonesia-Filipina untuk menggantungkan hidup.

Bitung memang menjadi "kantong" warga Filipina di Indonesia. Kurang lebih 1.479 warga yang diduga berasal dari Filipina menetap di Kota Bitung.

"Mereka bertatus stateless (tidak punya kewarganegaraan), tidak memiliki dokumen Filipina maupun Indonesia, namun berbahasa Tagalog," ujar Kasi Wasdakim Imigrasi Bitung, Sulawesi Utara, Reza Pahlevi, belum lama ini.

Sejak 18 April hingga 3 Juli 2017, Kantor Imigrasi (Kanim) Bitung telah mendata 267 orang laki-laki dan 31 orang perempuan yang diduga orang asing. Namun, mereka telah tinggal cukup lama di wilayah Kota Bitung.

"Mereka mayoritas tinggal di daerah Manembo-Nembo dan Aer Tembaga. Pekerjaan mereka semuanya adalah para pencari ikan. Dan ada yang tidak memiliki identitas atau surat kependudukan sama sekali," ujar Kepala Divisi Keimigrasian Kanwil Kemenkum dan HAM Provinsi Sulawesi Utara, Dodi Karnida HA, Selasa (4/7/2017).

Dodi mengungkapkan, kegiatan pendataan itu dilakukan atas kerja sama dengan Divisi Keimigrasian, Divisi Pelayanan Hukum Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Sulawesi Utara, dan Kantor Imigrasi Bitung.

"Dalam rangka mewujudkan Nawacita bahwa negara hadir, dan agar di wilayah kita tidak ada penduduk yang tidak memiliki identitas atau dokumen pengenal diri," dia memaparkan.

Dia menjelaskan, kepada ratusan warga tersebut diwajibkan untuk melapor diri satu kali setiap bulan ke Kantor Imigrasi Bitung agar masalah ketiadaan identitas dirinya dapat dicarikan solusi.

"Terlebih dari itu agar keberadaan dan kegiatan mereka selama ini dapat dimonitor secara maksimal," kata Dodi.

Di antara ratusan warga yang terdata itu ada yang memiliki talian darah dengan warga negara Indonesia (WNI), yaitu  enam orang laki-laki dan tujuh orang perempuan. "Mereka yang diduga merupakan keturunan Sanger-Filipina atau Sapin yang tinggal di daerah Kelurahan Wangurer Barat,” ucap dia.

Dodi mengatakan pula, warga dengan status demikian dianggap sebagai keturunan WNI karena dalam dokumen yang dimilikinya dan diterbitkan oleh Pemerintah Filipina di Filipina terdapat keterangan bahwa ayah ibu mereka merupakan WNI.

"Walaupun sampai saat ini mereka belum memiliki dokumen resmi yang menunjukkan bahwa mereka sebagai WNI, dan sudah lama tinggal di daerah itu sejak mereka tiba dari Filipina beberapa tahun lalu," sebut Dodi.

Selebihnya, ratusan warga lainnya tidak memiliki ikatan darah sama sekali dengan WNI yang ada di daerah Bitung atau Sulawesi Utara, karena mereka lahir dan dibesarkan di Filipina dari ayah ibu yang juga merupakan warga negara Filipina yang masih tinggal di Filipina.

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya