Liputan6.com, Purwakarta - Kanjut adalah nama seorang kakek warga Desa Waluya, Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang. Namanya tenar di media sosial dan beberapa aplikasi layanan pesan gratis akibat capture dari Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) miliknya tersebar luas. Ketenaran itu pun tenar akibat nama Kanjut memiliki arti 'alat kelamin pria' dalam bahasa Sunda.
Kakek berusia 85 tahun itu pun siang tadi, Kamis (27/7), memenuhi undangan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi. Ia diterima di rumah dinas Bupati, Jalan Gandanegara No 25, Purwakarta.
Berdasarkan penuturan kakek jago silat tersebut, dirinya terlahir dengan nama Rasyid. Namun, akibat sering menderita sakit saat usia enam tahun, mantri setempat meminta kedua orang tuanya untuk mengganti nama Rasyid dengan Kanjut.
Advertisement
Baca Juga
"Nama asli mah Rasyid, cuma karena sering sakit, disuruh ganti nama sama Mantri Narim menjadi Kanjut," ungkap kakek yang berprofesi sebagai buruh tani tersebut.
Usai berganti nama, sakit yang diderita oleh Kanjut pun akhirnya sembuh. Untuk diketahui, kebanyakan orang tua dahulu percaya bahwa sakit yang diderita oleh seseorang sering diakibatkan oleh nama yang dianggap memiliki arti terlalu berat.
"Langsung sembuh. Zaman dulu mah kan suka percaya kalau sakit diakibatkan oleh nama, jadinya diganti," ucapnya.
Lelaki penggembala domba itu pun tidak mengetahui bahwa namanya tersebar melalui berbagai platform media sosial. Kakek dua anak ini mengetahui dari tetangganya bahwa KTP dan KIS miliknya menjadi bahan guyonan dalam beberapa pesan berantai.
"Kemarin Abah sesak napas, lalu berobat ke puskesmas. Diminta KTP dan KIS punya Abah, mungkin dari sana tersebar," ujarnya.
Tersebarnya identitas Kanjut membuat Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi penasaran. Ia yang melihat foto kakek tersebut dalam beberapa grup WhatsApp dan unggahan Facebook langsung meminta stafnya untuk mencari keberadaan sang kakek.
"Penasaran aja benar tidaknya. Eh tahunya bener, si Abah juga terlihat masih segar, pas datang langsung ngajak silat," kata Dedi.
Sebelum meninggalkan Rumah Dinas Bupati Purwakarta, Abah Kanjut sempat diberikan hadiah oleh Bupati Dedi berupa beberapa ekor domba, mengingat profesi sang kakek selain sebagai buruh tani juga sebagai penggembala.Â
Â