Kepala Sekolah Diduga Benturkan Siswa ke Dinding

Kepala sekolah mengatakan siswa mencekik diri sendiri hingga pingsan.

oleh Fauzan diperbarui 30 Jul 2017, 17:00 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2017, 17:00 WIB
Siswa Korban Kekerasan
Siswa korban kekerasan di sekolah di Mamasa, Sulbar (Liputan6.com / Fauzan)

Liputan6.com, Mamasa - Kepala Sekolah di SMP Salu Mandalle, Desa Tawalian Timur, Kecamatan Tawalian, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat diduga telah menganiaya salah satu anak didiknya dengan cara membenturkan kepalanya ke tembok. Kepala sekolah tersebut bernama Soleman (45 tahun), sementara siswa yang diduga telah ia aniaya adalah G (14 tahun).

Dugaan penganiayaan terjadi pada Rabu 26 Juli 2017 lalu. Pemicunya, G dianggap sebagai biang keributan di dalam kelas guru sedang tidak ada.

"Waktu itu tidak ada guru, jadi teman-teman ribut," kata G, Sabtu 29 Juli 2017.

Mendengar kegaduhan yang terjadi di Kelas 1 SMP Salu Mandalle itu, kepala sekolah kemudian kesal dan memasuki kelas kemudian melarang para siswanya untuk berisik. Bukannya diam, malah Soleman diteriaki 'huuuu' oleh para siswa.

"Iye, semua teman-teman teriak huuu' waktu pak kepsek larang kita ribut," terang G.

Teriakan para siswa malah membuat Soleman semakin kesal, hingga akhirnya ia menghampiri G dan menarik kerah bajunya. G sendiri dianggap biang keladi kegaduhan itu oleh Soleman.

Menurut pengakuan G selain kerah bajunya ditarik, ia juga mendapatkan tendangan dari sang kepala sekolah bahkan kepalanya dibenturkan ke dinding kelas hingga ia pingsan.

"Pokoknya yang saya ingat saya ditendang, baju saya ditarik, lalu kepala saya dipukulkan (dibenturkan) ke dinding, sudah itu saya tidak sadarkan diri," ungkapnya.

Hana, ibu G, awalnya tidak mengetahui kejadian yang dialami anaknya namun karena setelah pulang sekolah anaknya itu terlihat lemas dan hanya berbaring ditempat tidur ia kemudian khawatir, G saat itu bahkan tak bisa makan dan minum sama sekali.

"Saya gelisah karena anakku tidak bisa makan dan minum, cuma baring di tempat tidur, makanya saya bawa ke Rumah Sakit. Belakangan baru dia mau cerita," kata Hana.

Sementara itu, Soleman, membantah dirinya telah menganiaya siswanya, G. Menurutnya ia hanya menarik kerah baju milik G, tanpa ada tendangan apalagi hingga membenturkan kepala G ke dinding kelas.

"Terus terang memang saya gertak tapi tidak sampai ada pemukulan, banyak teman-temannya yang menyaksikan di dalam. Kalau masalah menendang, mencekik apalagi sampai benturkan kepalanya di dinding itu tidak benar," jelas Soleman membantah apa yang diutarakan siswanya.

Soleman mengungkapkan bahwa alasan mengapa G saat itu bisa tak sadarkan diri adalah lantaran tiba-tiba G mencekik dirinya sendiri hingga pingsan.

"Saya tidak pernah sentuh badannya cuma kerah bajunya, dia kesurupan lalu cekik dirinya sendiri," imbuhnya.

Kasus dugaan penganiayaan inipun telah ditangani oleh Polsek setempat, Soleman dijemput oleh pihak kepolisian pada Sabtu, 29 Juli 2017 kemarin di sekolah tempatnya bekerja.

"Kepala sekolahnya sudah kita jemput setelah sebelumnya kami mendapat keterangan langsung dari korban di rumah sakit, termasuk keterangan dari pihak dokter yang menangani,” ucap Kanitreskrim Polsek Tawalian Brigpol Jhon Franklin.

Soleman sendiri belum ditetapkan sebagai tersangka hingga saat ini, ia masih diperiksa sebagai saksi. John menjelaskan pihaknya masih akan melakukan penyelidikan lebih mendalam lagi.

"Kita masih periksa Soleman, kita masih perlu mengumpulkan bukti dan meminta keterangan saksi lain lagi," terangnya.

Saksikan video menarik di bawah ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya