Liputan6.com, Yogyakarta - Sekelompok mahasiswa dari UGM Yogyakarta berinovasi menciptakan robot yang memudahkan petani dalam merawat dan memelihara tanaman jagung. Yarabisa Yanuar (FT UGM), Kevin Mahardika Y (FT UGM), Ilham Nur Ahmad (FMIPA UGM), Noviana Nur Sari (Fakultas Biologi UGM), dan Qurrota A’yun (FK UGM) menamakannya A Robot Of Corn Farming atau Arbain.
"Robot ini dirancang untuk membantu petani dalam melakukan perawatan, mendeteksi gejala penyakit, monitoring kondisi tanaman, serta pemeliharaan tanaman," ujar Yanuar, beberapa waktu lalu.
Mereka merancang robot sederhana multitalenta yang mengadopsi tugas dan fungsi robot ladybird untuk mengantisipasi serangan hama dan penyakit tanaman. Penyakit yang paling banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman jagung adalah penyakit bulai yang disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora sp.
Sensor warna yang dipasang pada robot akan mendeteksi dengan cepat jika terdapat penampakan tersebut pada tanaman jagung dan robot akan menyemprotkan pestisida di sekitar tanaman yang terinfeksi untuk mencegah penyebaran penyakit melalui jamur.
Baca Juga
Advertisement
Arbain bisa diterapkan pada jarak tanam tanaman jagung 20x65 sentimeter persegi, sehingga tidak akan merusak tatanan tanaman. Sensor SRF akan mendeteksi posisi dari setiap tanaman jagung dan mengukur ketinggiannya. Robot ini memiliki sistem otonom sehingga dapat secara otomatis bekerja dengan kendali jarak jauh.
Keunggulan lainnya, robot ini juga dilengkapi sensor yang dapat mendeteksi kelembaban tanah. Data kelembaban dikirim melalui SMS sebagai petunjuk bagi petani untuk segera menyiram sesuai kapasitas lapang tanah dan kebutuhan tanaman jagung.
Arbain juga terkoneksi dengan pompa air sehingga dapat menyalakan pompa secara otomatis jika kelembaban tanah menurun. Tenaga penggerak menggunakan motor listrik dengan sumber energi cahaya matahari sehingga hemat energi dan ramah lingkungan.
Yanuar mengungkapkan robot ladybird sudah dikembangkan menggunakan tenaga surya dan sukses diujicobakan di perkebunan sayur Australia.
"Namun, robot canggih ini belum dapat diaplikasikan di Indonesia karena harga yang cukup mahal mencapai miliaran rupiah dan luas perkebunan sayur di Indonesia tergolong sempit sehingga kurang efisien jika menggunakan mesin yang terlalu besar," ucap Yanuar.