Serunya Memburu Rilisan Fisik di Festival Kaset Bandung

Hajatan penggemar kaset yang kedua kalinya digelar di Bandung, ini melibatkan 36 kolektor dan pebisnis kaset.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 04 Sep 2017, 06:29 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2017, 06:29 WIB
Festival Kaset Bandung
Festival Kaset Bandung tahun ini kembali digelar di Gedung Yayasan Pusat Kebudayan (YPK), Jalan Naripan, Kota Bandung, Jawa Barat. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Festival Kaset Bandung (FKB) kembali digelar. Ajang yang mempertemukan kolektor dan pelaku usaha kaset pita dengan penggemar setia rilisan fisik rekaman musik ini memasuki tahun kedua.

FKB kali ini kembali digelar di Gedung Yayasan Pusat Kebudayan (YPK), Jalan Naripan, Kota Bandung, Jawa Barat. Berlangsung pada Sabtu hingga Minggu, 2-3 September 2017.

Hajatan penggemar kaset yang kedua kalinya digelar di Bandung, ini melibatkan 36 kolektor dan pebisnis kaset. Panitia bahkan harus menyiapkan 50 meja untuk memamerkan ratusan ribu kaset pita.

Pencetus FKB, Didin Kresnady mengatakan, festival diselenggarakan untuk memamerkan kaset dari berbagai genre musik. Selain itu, FKB juga mengadakan hearing session, peluncuran album hingga lelang kaset.

"Acara ini jadi ajang memamerkan kaset yang sulit didapatkan. Selain itu, acara ini menjadi ajang untuk mengenang kembali masa-masa kejayaan kaset," ucap Didin saat ditemui Liputan6.com, Sabtu, 2 September 2017.

"Jumlah kaset yang dipamerkan ada 100 ribu. Selebihnya juga ada CD, DVD, dan vinyl (piringan hitam)," Didin menambahkan.

Menariknya, FKB tahun ini juga merilis ulang kompilasi Injak Balik! dari vinyl ke kaset. Injak Balik! merupakan sebuah kompilasi punk/hardcore legendaris berisikan sembilan band Bandung, seperti Puppen, Jeruji, Savor of Filth, Turtles Jt., Deadly Ground, Runtah, Closeminded, Piece of Cake, dan All Stupid.

Kompilasi tersebut pernah dirilis dalam bentuk piringan hitam ukuran tujuh inci oleh TAM89 Records. "Rilisan kompilasi ini dibuat 1997 dan dirilis di Prancis. Sekarang kita buatkan dalam bentuk kaset," ujar Didin yang juga pendiri komunitas Illuminator School.

Nuansa era 80-an dan 90-an amat kental di FKB kedua ini. Salah satu yang ditunggu adalah lelang kaset dan tape player.

"Untuk kaset kita akan melelang kaset jadul Balcony dan Homicide. Sedangkan lelang tape jadul JVC yang rilis tahun 80-an. Harga lelang mulai dari Rp 5.000 sampai tak ada batasan," ia membeberkan.

Lebih jauh Didin berharap, FKB dapat menggairahkan kembali industri rilisan fisik rekaman di Tanah Air. Rencananya, ajang serupa akan terus digelar di tahun yang akan datang.

"Selain itu kita pun ingin dari acara ini muncul generasi baru penggemar kaset yang bisa menggairahkan industri musik terutama kaset," ia berharap.



Genre Underground Paling Diburu

Festival Kaset Bandung
Festival Kaset Bandung tahun ini kembali digelar di Gedung Yayasan Pusat Kebudayan (YPK), Jalan Naripan, Kota Bandung, Jawa Barat. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Salah seorang kolektor di FKB, Muhamad Fajar mengatakan, penggemar kaset kebanyakan mereka yang besar di era 80-an dan 90-an. Maka, khusus acara ini, ia hanya memajang kaset yang sudah jarang atau bahkan tidak lagi beredar di toko musik.

"Saya sendiri memajang barang yang selama ini jarang kami pajang. Khusus untuk festival ini saja," ujar Fajar yang juga pengelola Pasar Loak Cihapit, Bandung.

Di lapaknya, Fajar menjual ratusan kaset, CD, DVD hingga vinyl atau piringan hitam dengan berbagai genre musik seperti metal, hardcore, jazz, dan sebagainya. Kebanyakan kaset yang dipamerkan dari band tahun 90-an.

"Sekarang ini lagi ramai musik 90-an. Aliran underground paling banyak dicari," dia menerangkan.

Barang-barang yang dijual berkisar di harga Rp 25 ribu hingga Rp 250 ribu. Namun, untuk beberapa barang keluaran zaman dahulu alias jadul dijual hingga Rp 500 ribu per satuan.

"Koleksi yang paling banyak peminatnya metal 90-an kaya Exodus, Europe, dan lain-lain. Kita sengaja jual barang yang sudah dicari," ujarnya.

Fajar menambahkan, rilisan fisik yang didapatkan sebagian besar impor dari luar negeri. Tak jarang, dia harus belanja secara online untuk mendapatkan kaset maupun CD.

"Selain itu kita memburu barang-barang orisinal. Meski harus mencari hingga ke luar negeri sekalipun. Bagi kolektor kan barang rilisan fisik lebih mempunyai rasa kebanggaan," tutur dia.

Menurut Fajar, FKB ini juga menjadi ajang silaturahmi. Apalagi, para penggemar kaset yang datang ke acara ini sebagian adalah para pelanggannya.

"Kami melihat acara ini jadi ajang silaturahmi. Sebab, banyak juga orang-orang yang dulu jadi langganan kami, setelah lama tidak ketemu, jadi ketemu lagi," Fajar memungkasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya