Piringan Hitam dan Gramofon Kembali Menginvasi Dunia Musik

Semakin banyaknya perusahaan yang menciptakan kembali gramofon hingga penjualan musik dalam piringan hitam meningkat.

oleh Ruly Riantrisnanto diperbarui 07 Jul 2017, 17:20 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2017, 17:20 WIB
Musik
Semakin banyaknya perusahaan yang menciptakan kembali gramofon hingga penjualan musik dalam piringan hitam meningkat.

Liputan6.com, Jakarta - Era musik digital saat ini tengah merambah dunia. Namun perlu diingat bahwa puluhan tahun sebelum ini, gramofon atau pemutar piringan hitam sempat merajai era musik analog. Menaruh jarum dalam gramofon di piringan hitam sempat ditinggalkan sejak era kaset pita, CD, dan digital mendominasi.

Kini, para pecinta musik konvensional mulai bergairah kembali dengan banyaknya perusahaan yang menciptakan kembali gramofon. Salah satunya adalah pabrik SEV Litovel yang bertempat di Republik Ceko. Mereka meningkatkan produksi proyek gramofon sebanyak empat kali lipat selama 2009 hingga 2016 dengan jumlah 125 ribu unit.

Mencoba piringan hitam (Liputan6 com/Andrian M Tunay)

Hampir semua mesin pemutar dan setiap gramofon dibuat dengan tangan saat diproduksi oleh perusahaan tersebut. Diketahui, gramofon dijual seharga Rp 2,6 juta sampai Rp 133 juta.

"Kami yakin CD akan pudar karena musik streaming sangat kuat. Tapi dalam 10 tahun lagi hanya akan ada streaming dan sekitar 20 persen pendapatan musik berasal dari analog," kata salah seorang petinggi SEV, seperti disampaikan VOA Indonesia.

Bahkan, terdapat peningkatan permintaan dari pecinta musik analog atau musik yang direkam dan diputar oleh perangkat non digital. Warga Amerika membeli musik analog senilai US$416 juta selama 2015, yang tertinggi sejak 1988.

Saat ini tren merilis album dalam bentuk piringan hitam marak di kalangan musisi Indonesia. (Liputan6.com/sajamacut.com/wwn)

Para pendukung musik analog sempat mengemukakan bahwa konsumen biasanya mencari barang yang bisa membuat hidup lebih nikmat dan sedikit lebih lambat. "Anda harus menghabiskan waktu untuk musik, tidak bisa meng-klik lagu berikut, harus mendengar seluruhnya, harus membersihkan dan merawat piringan hitamnya," lanjut sang petinggi.

Tak hanya itu, alasan lainnya adalah musik yang direkam dan diputar dan direkam secara non digital memiliki suara lebih bagus. "Alasan utamanya adalah suara analog menyenangkan didengar, tidak melelahkan, lebih detail dan lebih alami dalam segala aspek, dan hampir seperti suara konser atau musik live. Itulah alasannya piringan hitam bangkit lagi," ujar salah satu sumber yang mencintai musik analog.

Keunggulan musik analog tersebut menjadi tolok ukur atas keberhasilan pabrik, distributor, dan peretail yang yakin pada besarnya pasar gramofon dunia. Seiring banyaknya produksi gramofon, penjualan piringan hitam di Amerika Serikat juga meningkat hingga 13 juta unit pada 2016. Sementara di Inggris, penjualan piringan hitam tahun 2016 meningkat 53 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Simak juga video menarik di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya