Liputan6.com, Bandung - Lembang terkenal sebagai tujuan wisata bagi para pengunjung Kota Bandung. Meski jaraknya cukup jauh dari kota Bandung, tetapi lokasi ini memiliki banyak tempat wisata dengan pemandangan yang indah, seperti Gunung Tangkuban Perahu.
Namun, tidak hanya itu, salah satu tempat yang memesona di kawasan Lembang lainnya yaitu Gunung Batu Lembang. Di lokasi ini para pengunjung bisa melihat keindahan Lembang dan Kota Bandung dari ketinggian 1.228 mdpl.
Sesuai dengan namanya, Gunung Batu merupakan bukit berupa dinding alam yang terdiri dari batu-batu raksasa. Lokasinya berada di Desa Pasirwangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Advertisement
Baca Juga
Bagian puncak dari gunung ini memiliki pemandangan alam yang indah. Cocok bagi penyuka ketinggian. Sementara, akses jalan bagi pengunjung tidak terlalu sulit sehingga cukup mudah didaki.
Di lokasi ini pun pengunjung bisa menyaksikan seluruh kota Bandung yang dikelilingi pegunungan, seperti Gunung Burangrang, Tangkuban Parahu, Putri, Bukittunggul, Palasari hingga Manglayang.
Rasa bahagia menikmati pemandangan alam yang indah itu tampak dari raut wajah para pegiat sejarah kota yang menamakan dirinya Lembang Heritage dan Heritage Lover. Ditemui Liputan6.com, Minggu, 10 September 2017, komunitas ini sedang menggelar jelajah Gunung Batu Lembang.
Sekitar 30 peserta jelajah tampak serius menyimak paparan Wakil Ketua Lembang Heritage, Malia Nur Alifa. Dia mengisahkan sejarah terbentuknya Gunung Batu.
Tidak ingin kehilangan kesempatan, para peserta jelajah pun mengabadikan keindahan alam di Gunung Batu dengan berfoto-foto usai mendengarkan penjelasan tersebut.Kawasan Sesar Lembang yang Rawan Gempa
Gunung Batu merupakan bagian dari proses sejarah bumi Bandung yang dapat dijadikan tempat pembelajaran. Hal itu mengingat kawasan Gunung Batu termasuk sesar Lembang.
Sesar atau patahan tersebut erat kaitannya dengan asal-usul terbentuknya cekungan Bandung yang kini sudah padat penduduk.
Pemandu Malia Nur Alifa menuturkan, Gunung Batu diperkirakan terbentuk dari aliran larva akibat letusan Gunung Sunda Purba sekitar 500 ribu tahun yang lalu.
"Sehingga batuan yang ada di sini berasal dari batuan endapan larva sisa letusan gunung purba tersebut," kata Malia.
Sesar Lembang merupakan salah satu patahan yang lokasinya berada di darat, bahkan memotong daerah permukiman yang padat penduduk. Sesar ini membentang dari timur ke barat sepanjang 30 kilometer dan lebarnya 300 meter, dengan sisi utara relatif turun, semakin tinggi ke arah timur dan menurun ke arah barat.
"Dinding patahan Lembang ini akan semakin terlihat apabila kita menyusuri jalan ke arah Maribaya dan desa Cibodas hingga perkebunan kina Batuloceng," lanjut Malia.
Malia menjelaskan, berdasarkan tiga peneliti patahan ini yaitu Irwan Meilano, Dwi Sulistyoningrum, dan Edi Hidayat, sesar Lembang termasuk aktif. Adapun patahan sebelah barat lebih aktif dari pada yang sebelah timur. Di ujung barat patahan yaitu di daerah Tugu Muda dan Muril Cisarua terjadi beberapa kali gempa.
"Tercatat bulan Juli, Agustus, 4 September dan 3 Oktober 2011, gempa-gempa kecil terjadi dengan kekuatan 3,3 SR tetapi sudah membuat dinding rumah retak, melepaskan sambungan antar dinding dan merontokan genting. Penyebannya karena adanya jalur gempa, gawir bukit, dan bangunan-bangunan di sana tidak berprinsip tahan gempa," jelas dia.
Dia menyerukan agar pemerintah setempat meneliti dengan seksama jalur gempa di kawasan Lembang tersebut. Selain itu, perlu dilakukan kegiatan sosialisasi di daerah rawan agar masyarakat lebih siap menghadapi bencana.
"Paling tidak memberikan penyuluhan kepada warga yang sudah bermukim di sekitar kawasan sesar Lembang terkait informasi gempa atau syarat membangun bangunan tahan gempa," kata dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:Â
Gunung Batu dan Harapan Warga Bandung
Sesar Lembang merupakan bukti telah terjadinya evolusi yang luar biasa. Kawasan ini menjadi sangat penting artinya bagi dunia pendidikan. Ketika kawasan ini semakin terdesak pembangunan, sementara tuntutan pembelajaran interaktif yang bersentuhan langsung dengan alam amat diperlukan.
Tike (43) warga asal Parompong yang juga salah satu peserta jelajah mengungkapkan alasan dirinya ikut serta dalam kegiatan ini karena tertarik dengan sejarah Gunung Batu.
"Jadi ikut komunitas seperti ini dapat wawasan baru soal Gunung Batu. Sejarah sendiri tak hanya soal bangunan, tapi juga kita harus mengetahui ilmu lainnya seperti geologi. Semuanya itu masih terkait," ujar dia.
Terkait sesar Lembang, ia berharap pemangku kebijakan lebih arif dalam memberikan izin atas bangunan yang berdiri di sepanjang jalur patahan ini sehingga perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat.
"Peringatan tentang patahan Lembang ini sudah banyak diulas di media massa. Jadi sudah waktunya sosialisasi mengingatkan kembali ke masyarakat," ucapnya.
Senada dengan Tike, Sita (52) mengatakan, kurikulum terkait kebencanaan di masyarakat saat ini cukup rendah. Untuk itu, dia berharap edukasi dan aplikasi terkait mitigasi kebencanaan perlu diberikan kepada masyarakat.
"Selain sosialisasi juga harus diterapkan kurikulum kebencanaan di sekolah seperti yang dilakukan Jepang. Tujuannya jelas, mengantisipasi jika terjadi bencana," harapnya.
Advertisement