Awas, Kawanan Buaya Sungai Luk Ulo Datang Lagi

Buaya kembali muncul di Desa Rantewringin, Kecamatan Buluspaspesantren. Buaya itu tampak di permukaan palung sungai Luk Ulo.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 23 Nov 2017, 13:30 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2017, 13:30 WIB
Pemasangan pamflet untuk memperingatkan agar warga tak berakitivitas di aliran sungai Luk Ulo lantaran ada buaya. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo/BKSDA)
Pemasangan pamflet untuk memperingatkan agar warga tak berakitivitas di aliran sungai Luk Ulo lantaran ada buaya. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo/BKSDA)

Liputan6.com, Kebumen - Kawanan buaya Sungai Luk Ulo, Kabupaten Kebumen menyebabkan warga sepanjang aliran tak bisa leluasa beraktivitas. Mereka khawatir, tiba-tiba terjadi serangan buaya tanpa terdeteksi.

Pekan ini, buaya kembali muncul di Desa Rantewringin, Kecamatan Buluspaspesantren. Buaya itu tampak di permukaan palung sungai yang berarus lambat.

Sebelumnya, pada pertengah Oktober 2017, warga juga sempat dibuat heboh oleh buaya sepanjang empat meter yang terdampar di areal persawahan desa Kedungwinangun Kecamatan Klirong, sekitar tiga kilometer dari Rantewringin.

Buaya muara (Crocodylus porosus) itu diduga terseret banjir besar sungai dan akhirnya mendarat di persawahan warga. Predator itu didapati tengah berendam di lumpur oleh seorang petani.

Saat itu, warga berusaha menangkap buaya tersebut. Namun, buaya yang ganas dan tampak masih gesit itu meloloskan diri dan masuk ke Sungai Luk Ulo yang berjarak 50 meter dari persawahan.

Jauh hari sebelum itu, mamalia peninggalan zaman dinosaurus itu menampakkan diri di sepanjang aliran Sungai Luklulo yang membentang dari pegunungan utara Kebumen hingga bermuara di Laut Selatan Jawa. Tercatat, kawanan buaya muncul enam kali sejak musim kemarau di berbagai desa sepanjang Sungai Luk Ulo.

Kemunculan buaya ini tak urung mendapat perhatian dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah. Dikhawatirkan, warga tak mewaspadai kemunculan kawanan buaya sehingga meningkatkan risiko serangan buaya.

Buaya terdampar di persawahan desa Kedungwinangun Kecamatan Klirong Oktober lalu. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Buaya terdampar di persawahan desa Kedungwinangun Kecamatan Klirong Oktober lalu. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Pamflet Peringatan Bahaya Serangan Buaya

Koordinator Polisi Hutan BKSDA Jateng Wilayah Konservasi II, Rahmat Hidayat mengatakan, buaya yang berada di habitatnya meningkatkan potensi konflik dengan manusia. Apalagi, sepanjang aliran sungai Luk Ulo Kebumen, banyak warga yang beraktivitas, mulai dari sekadar MCK hingga penambangan.

Sebab itu, pihaknya mulai pekan ini memasang puluhan spanduk dan pamflet agar warga tak mendekat ke kawasan sungai yang terindikasi ada buayanya. Sejauh ini, BKSDA telalah memasang 10 pamflet di Desa Rantewringin dan muara sungai Luk Ulo.

"Total pamflet berjumlah 30 buah yang akan dipasang secara bertahap di sepanjang alur sungai Luk Ulo. Terutama, di wilayah tempat buaya itu pernah muncul," ucap Rahmat Hidayat, Rabu, 22 November 2017.

Pemasangan pamflet itu bertujuan agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan, sekaligus upaya preventif untuk mengantisipasi timbulnya korban jiwa. Ia pun meminta agar warga mengutamakan keselamatan dengan menghindari aktivitas di sungai Luk Ulo karena berpotensi terjadi serangan buaya.

Terkait upaya penangkapan buaya di Kedungwinangun yang gagal, Rahmat mengimbau agar warga tak lagi berusaha menangkap buaya. Pasalnya, buaya adalah jenis predator yang agresif dan bisa mencelakai manusia.

Warga disarankan untuk segera melaporkan ke petugas saat melihat kemunculan buaya di wilayahnya. Terbaik, warga mengisolasi buaya yang menampakkan diri sambil menunggu petugas BKSDA datang untuk menangkap.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya