Musim Ikan Layur, Nelayan Bantul Gigit Jari

Nelayan takut melaut karena gelombang tinggi, padahal sedang musim ikan layur yang harganya tinggi.

oleh Yanuar H diperbarui 28 Nov 2017, 17:00 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2017, 17:00 WIB
Perahu nelayan parkir
Perahu nelayan parkir seiring gelombang tinggi (Liputan6.com / Yanuar)

Liputan6.com, Bantul - Nelayan di kawasan pesisir selatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimew Yogyakarta berhenti melaut karena cuaca buruk dan gelombang tinggi yang mencapai ketinggian di atas dua meter. Nelayan takut dengan ancaman gelombang yang berpotensi mengancam keselamatan nyawa.

Kadir, salah seorang nelayan pantai Samas, Srigading, Bantul mengaku sudah tiga hari terakhir ia dan sejumlah nelayan lainnya memilih tidak melaut. "Nelayan tidak berani. Apalagi BMKG juga sudah memperingatkan," katanya Senin (27/11/2017)

Padahal, kata dia, saat ini sedang musim ikan layur yang memiliki nilai jual tinggi mencapai Rp21-30ribu per kilogram. Alhasil nelayan harus gigit jari karena tidak meraih rejeki itu.

"Padahal kalau melaut paling tidak bisa bawa minimal 15 kilo ikan. Kita terpaksa hanya di rumah, menunggu sampai cuaca membaik," katanya.

Ia sendiri tidak bisa memprediksi cuaca akan bersahabat bagi para nelayan di laut selatan. Ia hanya berharap kondisi cuaca akan membaik dalam waktu dekat."Kita hanya memantau info dari BMKG. Selain itu juga dari pantauan kondisi cuaca di Interne ," tutupnya.

Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Yogyakarta meminta nelayan di laut selatan Yogyakarta mewaspadai gelombang tinggi dan angin kencang. Kepala Kelompok Operasional Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Joko Budiono mengatakan gelombang tinggi dan angin kencang di laut selatan Yogyakarta itu dipicu oleh munculnya gangguan cuaca jangka pendek berupa daerah tekanan rendah di wilayah Samudera Hindia.

Menurutnya di wilayah laut yang berdekatan dengan area pusat tekanan rendah memiliki kecepatan angin maksimum mencapai 15 hingga 20 knot yang juga memicu gelombang laut meningkat menjadi 2 hingga 2,5 meter.

"Sedangkan untuk di daratan Yogyakarta masih normal, maksimum hanya 10 hingga 15 knot,” kata Joko.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya