Ratusan Ton Ikan Mendadak Mati di Waduk Jatiluhur, Dampak Badai?

Dengan fenomena ikan mati massal tersebut dipastikan para pelaku usaha KJA di Waduk Jatiluhur, Purwakarta, mengalami kerugian besar.

oleh Abramena diperbarui 03 Des 2017, 01:08 WIB
Diterbitkan 03 Des 2017, 01:08 WIB
Ikan mati massal
Fenomena alam yang menyebabkan ikan mati massal disebut para petani keramba di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jabar, dengan istilah umbalan. (Liputan6.com/Abramena)

Liputan6.com, Purwakarta - Cuaca ekstrem yang terjadi hampir sepekan terakhir ini dituding menjadi penyebab kematian ratusan ton ikan di Keramba Jaring Apung (KJA), Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Fenomena alam yang menyebabkan ikan mati massal ini sering disebut para petani KJA setempat dengan istilah umbalan.

Intensitas hujan yang tinggi menyebabkan tidak adanya sinar matahari yang menyinari KJA. Alhasil, air dari dasar waduk naik ke permukaan dengan membawa endapan yang terdiri dari lumpur dan sisa-sisa pakan ikan.

"Endapan lumpur dan pakan menjadi racun dan membuat ikan kekurangan oksigen, sehingga ikan mabuk dan mati massal," ucap Adi (43), salah satu petani KJA Jatiluhur, Sabtu, 2 Desember 2017.

Jenis ikan yang dibudidayakan di Waduk Jatiluhur sebagian besar adalah ikan mas dan nila. Ikan mati akibat umbalan ini didominasi ikan mas, sedangkan ikan nila sampai saat ini masih bisa bertahan hidup.

"Namun, jika kondisi cuaca buruk berlangsung lama, tidak menutup kemungkinan ikan nila juga terkena dampaknya," jelasnya.

Dengan fenomena ikan mati massal tersebut dipastikan para pelaku usaha KJA mengalami kerugian besar. Kondisi itu biasanya juga disusul dengan anjloknya harga ikan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Ratusan Ton Ikan Mendadak Mati di Waduk Jangari

Ikan mati massal
Fenomena alam yang menyebabkan ikan mati massal disebut para petani keramba di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jabar, dengan istilah umbalan. (Liputan6.com/Abramena)

Beberapa waktu lalu, Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Cianjur, Jawa Barat, mencatat penyebab matinya ratusan ton ikan di Waduk Jangari, Kecamatan Mande, akibat perubahan iklim, virus dan bakteri.

Kepala Seksi Bina Kesehatan Ikan dan Hewan Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Cianjur, Agung Riyanto mengatakan, penyebaran penyakit pada ikan di wilayah tersebut didominasi bakteri Aeromonas hydophila, white spot virus, dan Koi Herpes Virus.

"Penyakit tersebut biasanya timbul karena perubahan iklim dan kondisi air yang sudah tercemar limbah. Untuk mengatasi penyebarannya, dapat dilakukan dengan pemberian vitamin C serbuk yang dicampur pakan ikan agar kondisi ikan sehat kembali," kata dia di Cianjur, Rabu, 30 Agustus 2017, dilansir Antara.

Selama ini, tutur dia, petani pembudi daya ikan sudah bisa mengantisipasi berbagai jenis penyakit yang menyerang komoditas ikan air tawar itu. Ketika terjadi musim pancaroba, petani ikan akan mengganti dengan jenis ikan yang lebih tahan terhadap penyakit dan sanggup bertahan pada oksigen rendah.

Dia menjelaskan, produksi ikan air tawar di Cianjur, untuk jenis ikan mas sebanyak 25.236,65 ton, ikan nila sebanyak 10.550,21 ton, ikan bawal sebanyak 13.404,77 ton, dan ikan lainnya sebanyak 292,23 ton.

Sebelumnya, ratusan petani jaring terapung di Waduk Jangari, Kecamatan Mande, merugi hingga ratusan juta rupiah karena ikan yang dibudidayakan mereka mati mendadak. Kematian massal ratusan ton ikan diduga akibat perubahan cuaca.

"Ikan mengalami kekurangan oksigen karena terjadi arus balik dari dasar air atau upwelling. Perubahan cuaca membuat air waduk bercampur dengan air hujan, sehingga oksigen untuk ikan berkurang," kata Taryana (43), pemilik haring terapung.

Akibatnya, petani ikan yang berada di wilayah Blok Patok Besi, Blok Maleber dan Blok Sangkali di wilayah Kecamatan Cikalongkulon dan Blok Nenggang dan Blok Ciputri, Kecamatan Mande, tidak dapat menjual ikannya karena jauh di bawah standar.

"Untuk menghindari kerugian yang lebih besar, petani terpaksa memanen ikan yang masih hidup lebih awal meskipun ukuranya tidak sesuai. Sudah pasti harganya menjadi murah, tapi daripada rugi, mau bagaimana lagi," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya