Jual Rugi Para Petani di Zona Merah Gunung Agung

Kerugian yang ditanggung para petani di zona merah Gunung Agung bukan hanya akibat tersembur abu vulkanik.

oleh Dewi Divianta diperbarui 08 Des 2017, 13:31 WIB
Diterbitkan 08 Des 2017, 13:31 WIB
Jual Rugi Para Petani di Zona Merah Gunung Agung
Warga membawa hasil panennya untuk ditawarkan ke pelanggannya (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Liputan6.com, Denpasar - Warga di zona merah Gunung Agung mulai memanen hasil bumi mereka lebih awal dari waktu yang sebenarnya. Pasalnya, tanaman seperti padi, kelapa, cabai, dan lainnya itu mayoritas terpapar muntahan abu vulkanik Gunung Agung.

Hal itu membuat para petani di zona merah gusar karena bisa terancam gagal panen. Untuk menghindari kerugian yang lebih besar, para petani akhirnya memanen hasil bumi mereka lebih dini.

Seperti yang dilakukan oleh Ni Made Sariasih warga Banjar Batusesa, Desa Menanga, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem. Sawah milik perempuan 44 tahun itu masuk dalam zona Kawasan Rawan Bencana (KRB) III.

Ia memilih memanen semua buah kelapa miliknya yang masih muda. "Daripada nanti kelapanya malah rusak kena abu Gunung Agung, lebih baik saya panen sekarang," katanya saat ditemui di kebun miliknya, Jumat (8/12/2017).

Usai memanen kelapa di kebun miliknya, Sariasih yang dibantu kerabatnya itu kembali ke pengungsian di Posko Balai Banjar Desa Menanga Kawan. Dirinya mengaku pasrah jika hasil panen kebunnya itu harus dibayar dengan harga rendah.

"Saya pasrah saja nanti mau dibeli berapa oleh pengepul. Kanggoin (terima) saja berapapun hasilnya nanti," ujar dia.

 

 

Panen Dini

Jual Rugi Para Petani di Zona Merah Gunung Agung
Warga memanen dini hasil kebunnya yang berada di zona merah Gunung Agung yang mengembuskan asap bercampur abu vulkanik terlihat dari kawasan Sidemen, Karangasem, Bali, Jumat (8/12/2017). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sariasih bercerita bahwa tak hanya dia saja yang merugi akibat tanamannya terkena dampak abu vulkanik Gunung Agung. Tanaman cabai milik kakaknya yang tinggal hitungan hari panen pun menjadi layu dan rusak.

"Tapi, ya tidak apa-apa namanya juga musibah. Kita terima saja. Yang penting di pengungsian kita tidak sakit," katanya.

Di tempat terpisah, Ketut Adi yang berasal dari Banjar Batusesa, Desa Menanga, Kecamatan Rendang juga terpaksa memanen padinya lebih awal.

"Biasanya sekali panen saya dapat 20 ton beras. Tapi karena musibah gunung ini (Gunung Agung) saya hanya dapat 10 ton, karena padi saya banyak yang layu kena abu," ucapnya.

Menurutnya, penurunan hasil panen itu bukan semata-mata karena dampak abu vulkanik dari Gunung Agung. Pasalnya, warga sudah tidak mempedulikan perawatan tanaman mereka, karena mereka terfokus mengungsi bersama keluarga.

"Waktunya kasih pupuk tanaman kita masih sibuk mengungsi. Waktunya membersihkan rumput di sekitar tanaman, kita tidak boleh mendekat ke daerah bahaya. Itulah kenapa pendapatan panen kita menurun," tutur dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya