Tragedi Kapak Maut Menantu Tewaskan Mertua

Pelaku yang dari semula memang tidak pernah cocok dengan ibu mertuanya itu pun langsung mengambil kapak dan membunuh ibu mertuanya

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 03 Jan 2018, 02:00 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2018, 02:00 WIB
Tersangka pembacok mertua hingga tewas, RW (39). (Foto: Liputan6.com/Polres Cilacap/Muhamad Ridlo).
Tersangka pembacok mertua hingga tewas, RW (39). (Foto: Liputan6.com/Polres Cilacap/Muhamad Ridlo).

Liputan6.com, Cilacap - Kisah tragis terjadi di Cilacap, Jawa Tengah. Lantaran tak terima disebut disebut sebagai biang onar, seorang menantu tega membunuh mertuanya sendiri, Senin malam, 1 Januari 2018.

Sekarang kasus ini tengah diusut oleh Kepolisian Sektor (Polsek) Kedungreja. Tersangka pembunuhan mertua, Ratno alias RW (39) pun telah ditangkap dan ditahan di Markas Polsek.

Peristiwa ini berawal ketika Ratno terlibat cekcok dengan istrinya, Sumiarsih (35) di rumahnya di Dusun Pasirgaru RT 05/05 Desa Bojongsari Kabupaten Cilacap. Dengan nada keras, mereka terlibat adu argumentasi sengit.

Tak jelas apa yang menjadi persoalan suami istri ini. Yang jelas, Sumiarsih pun lantas hanya bisa menangis.

Ibu kandung Sumiarsih, Sumirah (52), yang juga ibu mertua Ratno, tak tahan mendengar cekcok itu. Ia pun turun tangan. Ia membela anaknya, Sumiarsih.

Tetapi, cekcok antara istri, suami dan ibu mertua ini berakhir dengan pembunuhan. Ratno, membacok mertuanya sendiri dengan alat kerjanya, kapak.

 

Tersangka Menyerahkan diri Saat Polisi Mengolah TKP

Polisi mengolah TKP kasus pembunuhan ibu mertua oleh menantu. (Foto: Liputan6.com/Polres Cilacap/Muhamad Ridlo)
Polisi mengolah TKP kasus pembunuhan ibu mertua oleh menantu. (Foto: Liputan6.com/Polres Cilacap/Muhamad Ridlo)

Kepala Polsek Kedungreja, AKP Suryo Irianto menerangkan tersangka sakit hati dibilang sebagai biang onar. Ia pun tidak terima kala sang ibu mertua turut campur persoalan rumah tangganya.

"Ibu mertua mengatakan pada menantunya adalah pembawa masalah dan pembikin onar dengan nada keras," kata Suryo, Selasa (2/1/2017).

Lantaran emosi, pelaku yang dari semula memang tidak pernah cocok dengan ibu mertuanya itu pun langsung mengambil kapak yang ada di tas peralatan kerjanya dan langsung dihantamkan ke kepala bagian belakang Sumirah.

Tak hanya sekali, pelaku menghantam ibu mertuanya sebanyak tiga kali.

"Mengenai kepala bagian belakangnya sebanyak tiga kali hingga mengeluarkan darah dan meninggal dunia di tempat," Kapolsek menerangkan.

Sontak, Dusun Pasir Garu pun geger. Malam yang telah larut ramai oleh warga yang berdatangan ke Tempat Kejadian Perkara (TKP). Saat itu pula, pelaku raib bak ditelan bumi.

Memperoleh laporan peristiwa pembunuhan ini, kepolisian langsung mengamankan Tempat Kejadian Perkara (TKP). Tim Indonesia Automatic Fingerprint Indentification System (Inafis) Polres pun mengolah TKP keesokan harinya.

Tanpa dinyana, saat polisi mengolah TKP, pelaku kembali ke rumah dan menyerahkan diri. Polisi pun langsung menahannya di sel Markas Polsek.

"RW dapat terkena pasal 351 ayat 3 KUHP dengan kurungan penjara diatas 5 tahun," Suryo menegaskan.

 

Sekilas Desa Bojongsari, Desa Pinggiran Perbatasan Jawa Barat

Desa Bojongsari mendirikan Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) untuk menangani kasus buruh migran dan menggelar berbagai pelatihan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Desa Bojongsari mendirikan Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) untuk menangani kasus buruh migran dan menggelar berbagai pelatihan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Ia juga menerangkan, kendati sudah menjadi suami Sumiarsih hingga saat ini, pelaku masih beralamat di Desa Bojongkantong kecamatan Langensari Kota Banjar, Jawa Barat.

Kasus yang pernah mencuat di daerah ini sebelumnya adalah pencabulan di bawah umur dengan korban seorang anak buruh migran (TKI). Ironisnya, pelakunya adalah tetangganya sendiri yang telah lanjut usia.

Diketahui, Desa Bojongsari adalah Desa yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat. Di desa ini sebagian warganya, terutama perempuan, pernah menjadi buruh migran (BM).

Saking banyaknya buruh migran, dan tentu, banyaknya kasus, Pemerintah Desa Bojongsari menerbitkan Peraturan Desa Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Perlindungan Buruh Migran dan Kelurganya.

Desa ini menjadi percontohan desa yang melindungi buruh migran semenjak hulu. di Cilacap, Bojongsari adalah satu-satunya desa yang memiliki Perdes Perlindungan Buruh Migran.

Pemerintah desa dan komunitas buruh migran juga mendirikan Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) Buruh Migran untuk menangani berbagai persoalan yang membelit TKI atau hanya sekadar tempat bertukar informasi.

PPT juga rutin menggelar beragam pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan buruh migran purna.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya