160 Ton Ikan di Danau Maninjau Pusing Lalu Mati

Ikan yang mati keracunan di Danau Maninjau kebanyakan milik pembudidaya ikan keramba.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Feb 2018, 20:02 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2018, 20:02 WIB
Menikmati Indahnya 2 Danau Eksotis di Sumatera Barat
Dua Danau yang menjadi ikon Sumatera Barat adalah Danau Maninjau dan Singkarak. Coba simak cerita berikut

Liputan6.com, Lubukbasung - Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam, Sumatera Barat menyampaikan ikan keramba jaring apung di Danau Maninjau yang mati keracunan akibat angin kencang sejak Minggu, 4 Februari 2018, telah mencapai 160 ton.

"Ini baru data sementara dan kemungkinan jumlahnya masih akan bertambah karena angin kencang masih melanda di daerah itu," kata Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Ermanto di Lubukbasung, Kamis (8/2/2018), dilansir Antara.

Ia mengatakan ke 160 ton ikan jenis nila ini tersebar di Nagari Bayur dan Maninjau sekitar 50 ton, Sungai Batang sekitar 85 ton, Tanjung Sani dan Koto Malintang 25 ton.

Ikan ini berasal dari ratusan petak keramba jaring apung dengan pemilik 35 orang. Sedangkan, ukuran ikan yang mati mulai dari bibit yang berusia dua bulan sampai ikan yang sudah siap panen.

"Ikan yang mati ini merupakan sisa budidaya pada akhir 2017, dan ada yang baru disemai oleh pembudidaya. Pembudidaya mengalami kerugian sekitar Rp 3,75 miliar," katanya.

Saat ini, bangkai ikan itu sudah mengapung ke permukaan danau vulkanik tersebut. Pemerintah telah melarang pembudidaya ikan untuk membuang bangkai ikan ke dalam Danau Maninjau karena dapat menambah pencemaran.

 

 

Tercemar Berat

Danau Maninjau
Untuk sampai ke Danau Maninjau, harus melewati jalanan menurun dengan banyak kelokan atau tikungan.

Menurut dia, ikan ini mati akibat angin kencang melanda daerah itu sehingga sisa pakan ikan naik ke permukaan danau yang mengakibatkan oksigen menjadi berkurang. Dengan kondisi itu, ikan mengalami pusing dan beberapa jam setelah itu mati.

Sebelumnya, pemerintah telah melarang pembudidaya dengan keramba jaring apung di danau vulkanik tersebut, karena Danau Maninjau sudah tercemar berat dan untuk mengatasi ini budidaya ikan harus dihentikan.

Sudah saatnya pembudidaya ikan untuk mengalihkan budidaya dari keramba jaring apung ke kolam air deras, kolam air tenang, mina padi, dan lainnya.

"Kita siap untuk membantu pembudidaya dengan meminjamkan alat berat, bibit ikan dan bantuan lainnya," katanya.

Salah seorang pembudidaya ikan, Firman (52) menambahkan, jumlah bibit ikan miliknya mati sekitar 18 ribu ekor dengan usia dua bulan. "Bibit ini baru saya semai beberapa minggu lalu di enam petak keramba jaring apung," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya