Usai Longsor 217 Meter, Jalur Banjarnegara-Karangkobar Ambles 50 Meter

Gerakan tanah terus berlangsung dan menyebabkan kedalaman jalan ambles bertambah, mencapai lima hingga enam meter.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 14 Feb 2018, 20:31 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2018, 20:31 WIB
Usai Longsor 217 Meter, Jalur Banjarnegara-Karangkobar Ambles 50 Meter
Warga terpaksa turun ke bagian ambles untuk menuju sisi jalan antara Karangkobar-Banjarnegara. (Foto: Liputan6.com/BPBD Banjarnegara/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Jalur utama antara Kota Banjarnegara menuju Kecamatan Karangkobar dipastikan putus total lebih lama yang dari yang diperkirakan. Ini terjadi setelah jalan di Paweden ambles sepanjang 50 meter, Selasa malam, 13 Februari 2018.

Sebelumnya, titik Desa Paweden Kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara tertutup longsor sepanjang 217 meter, lebar 25 meter, dengan ketebalan material mencapai delapan meter.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) pun sebelumnya sudah nyaris selesai menyingkirkan material longsoran yang diperkirakan bervolume 1.500 meter kubik itu. Namun, tanah kembali bergerak dan jalan ambles sedalam dua meter dengan panjang 50 meter.

Rabu (14/2/2018), gerakan tanah terus berlangsung dan menyebabkan kedalaman jalan ambles bertambah, mencapai lima hingga enam meter. Kedalaman amblesan berpotensi bertambah sebab gerakan tanah masih berlangsung.

Sebab itu, jalan ini tak mungkin diakses oleh kendaraan jenis apa pun. Warga terpaksa menantang risiko dengan turun ke bagian yang jalan ambles untuk menuju sisi jalur seberang.

"Kemarin itu sudah hampir selesai, tetapi kemudian ada gerakan tanah lagi, sehingga jalannya ambles," kata Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Banjarnegara, Agus Haryono kepada Liputan6.com.

Lebih Jauh 3 Kali Lipat

Jalur Banjarnegara-Karangkobar ambles sepanjang 50 meter dengan kedalaman 5-6 meter. (Foto: Liputan6.com/BPBD Banjarnegara/Muhamad Ridlo)
Jalur Banjarnegara-Karangkobar ambles sepanjang 50 meter dengan kedalaman 5-6 meter. (Foto: Liputan6.com/BPBD Banjarnegara/Muhamad Ridlo)

Penanganan longsor dan ambles tentu berbeda. Sebab itu, proses penyingkiran material longsoran dengan alat berat pun dihentikan.

Jalan ambles harus diuruk menggunakan material berat, campuran antara batu dan tanah. Harus dibuat pula saluran air untuk mengurangi beban air tanah pada bidang yang rawan longsor.

"Tapi, kewenangannya ada di Bina Marga Provinsi, tentang pembangunan jalan. Kalau kami, kewenangannya hanya ada di penanganan evakuasi longsoran di jalan," dia menjelaskan.

Jalan utama milik provinsi ini adalah jalur utama antara Kecamatan Karangkobar menuju Banjarnegara yang amat vital untuk aktivitas warga, terutama perekonomian dan pendidikan.

Maka itu, penanganan jalan ambles ini harus diprioritaskan. Sementara waktu, ia mengusulkan agar dibuat jalan alternatif meski hanya untuk kendaraan roda dua.

Pasalnya, jalur alternatif menuju Karangkobar hanya ada di jalur Pasar Gripit-Beji-Mojotengah-Pagerpelah-Slatri, yang jauhnya mencapai tiga kali lipat dari jalur utama.

Selain itu, lantaran berstatus jalan kabupaten, jalur alternatif ini pun sempit dan tak bisa dilalui kendaraan roda enam. Kendaraan yang berpapasan pun bakal kesulitan.

Kajian Geologi untuk Bangun Jalan

Penanganan longsor di Jalur Paweden, sebelum ambles. (Foto: Liputan6.com/BPBD Banjarnegara/Muhamad Ridlo)
Penanganan longsor di Jalur Paweden, sebelum ambles. (Foto: Liputan6.com/BPBD Banjarnegara/Muhamad Ridlo)

Pertimbangan lainnya, jalan kekuatan jalan alternatif itu pun tak mumpuni untuk menahan beban kendaraan berat yang biasa melintas di jalur provinsi. Ia memprediksi hanya dalam jangka beberapa bulan, jalan alternatif akan rusak jika dilalui kendaraan berat.

Namun begitu, ia tak bisa memastikan apakah jalur ini akan diuruk dan dibangun di posisi semula dalam waktu cepat. Pasalnya, belum ada kajian yang bisa menjadi pertimbangan risiko geologi. Dikhawatirkan, jalan akan kembali longsor usai dibangun.

"Karena belum dikaji secara geologi ya belum bisa menjawab. Yang jelas harus ada jalur alternatif," dia menegaskan.

Kepala Pelaksana Harian (Lakhar) BPBD Banjarnegara, Arif Rachman menegaskan akan segera berkoordinasi dengan Bina Marga Provinsi Jawa Tengah untuk menentukan langkah terbaik dan tercepat agar aktivitas warga sekitar Kecamatan Karangkobar dan Banjarmangu tak lagi terganggu.

Menurut dia, BPBD juga belum menentukan apakah akan membuat jalan alternatif di sekitar lokasi longsor. BPBD masih menunggu kajian geologi untuk menentukan langkah selanjutnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya