Liputan6.com, Garut - Kue keranjang atau istilah lain dodol China, memang menjadi makanan khas saat perayaan Imlek berlangsung. Bentuknya yang bulat terbungkus plastik masih terpelihara hingga kini.
Meskipun sebagian bahan penganan makanan manis legit itu ada yang sama dengan dodol. Ternyata, dodol China berbeda dengan dodol pada umumnya, terutama dodol Garut sebagai makanan khas kota di Priangan Timur itu.
"Yang paling beda tentu dodol China setahun sekali, kalau dodol Garut tiap hari ada," ucap Mama How (70), petugas Wihara Dharma Loka, Garut, Jawa Barat, saat disambangi Liputan6.com, Jumat (16/2/2018).
Advertisement
Menurutnya, penganan khas Imlek itu sudah diwariskan turun-temurun ribuan tahun lalu dari leluhur bangsa Tiongkok. Penganan perlambang erat silaturahmi antarkomunitas jemaat Konghucu dan Tionghoa itu memang memiliki rasa yang khas.
Baca Juga
"Memang dari dulu rasanya begitu, manis, gurih, dan legit," How menambahkan.
Meskipun hanya terbuat dari tiga bahan utama, yakni beras ketan, gula, dan vanila, cita rasa dodol China atau penganan khas Imlek itu tetap terpelihara hingga kini. "Kalau asal-usulnya saya sendiri tidak tahu persis, tapi memang sejak saya kecil sudah seperti itu (manis legit)," katanya.
Â
Perbedaan Bahan Baku
Dibanding dengan kue keranjang, dodol Garut atau penganan khas kabupaten di pesisir selatan Jawa Barat ini, mengandung bahan yang lebih lengkap. Selain tepung beras ketan dan gula yang merupakan bahan utama dodol, sama hanya dengan dodol China.
Ternyata ada tambahan bahan lain yang dicampurkan mulai tepung beras, santan kelapa, gula pasir, dan gula aren serta tambahan garam dapur. "Cara buatnya pun tentu khusus tidak sama dengan dodol Garut," kata Mama How.
Dalam praktik pembuatannya, dodol China langsung dilakukan secara manual dengan tangan tanpa bantuan mesin. Sedangkan dodol Garut sudah mulai menggunakan teknologi mesin pencampur bahan.
"Jangan banyak bicara, sebab ngaruh ke bahan cetakan," pinta dia mengurai sedikit rahasia pembuatan dodol China.
Ia menambahkan, dalam setiap ritual tahunan perayaan Imlek, keberadaan dodol China tidak bisa tergantikan penganan lainnya. Selain khas juga menunjukkan identitas persaudaraan. "Seperti Idul Fitri saja orang buat wajik, dodol, dan lainnya, kami ya buat dodol China ini," ujarnya.
Â
Advertisement
Omzet Dupa dan Lilin Melonjak
Selain dodol China, perlengkapan lainnya yang tidak bisa dipisahkan dalam ritual Imlek adalah dupa dan lilin merah. Dua barang itu, menurut How, memang sudah menjadi syarat dalam prosesi doa saat perayaan Imlek berlangsung.
"Omzet? Ya, memang naik dua sampai tiga kali lipat," ujar dia menjawab pertanyaan yang disampaikan Liputan6.com.
How mengakui, selain keceriaan datangnya tahun baru dalam kalender bangsa China, perayaan Imlek di tahun Anjing Tanah 2569 ini, memang memberikan keuntungan tersendiri dalam penjualan pernak-pernik ritual Imlek.
"Sebenarnya tidak hanya dupa dan lilin, masih banyak yang lainnya, tapi yang paling banyak dibeli ya dua barang tadi," papar dia.
Selain itu, dalam puncak perayaan Imlek yang akan dilangsungkan 24 Februari mendatang, ia menyatakan bakal banyak acara perjamuan yang akan dilangsungkan bersama warga Tionghoa lainnya.
Namun, khusus gelaran seni barongsai yang selalu ditunggu masyarakat umum, khusus tahun ini Wihara Dharma Loka, Garut, hanya menggelar pertunjukan itu di kalangan internal.
"Hasil ritual di dalam, untuk (perayaan barongsai) tahun ini cukup di dalam gedung saja," ujar dia, tanpa menjelaskan secara rinci.
Saksikan video pilihan di bawah ini: