Menikmati Perpaduan Alunan Musik dan Mistis Biola Khas Kulonprogo

Japrak Biola dikenal dunia bahkan sudah sampai Rusia. Biola japrak sering dicari para bule dengan membeli langsung di rumahnya di Samigaluh, Kulonprogo DI Yogyakarta.

oleh Yanuar H diperbarui 31 Mar 2018, 10:03 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2018, 10:03 WIB
Warga Kulonprogo mampu membuat biola hingga keluar negeri
Biola khas Kulonprogo

Liputan6.com, Yogyakarta - Berjarak 30 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, penggemar alat musik biola bisa menemukan produksi alat musik biola satu-satunya di Yogyakarta. Bahkan, namanya juga tidak asing lagi di luar negeri yaitu Japrak Biola.

"Satu-satunya Jogja itu hanya saya yang buat, kalo di Bantul itu hanya servis," kata Joko Kuncoro (48) pemilik Japrak Biola ini kepada Liputan6.com beberapa waktu lalu.

Pria lulusan Sekolah Teknik Temanggung ini kini mengembangkan produksi alat musik biola di rumahnya di Jetis, Gerbosari RT 39 RW 20, Samigaluh, Kulonprogo. Usahanya ini ia rintis sejak 13 tahun lalu setelah usaha kerajinan impor yang dibangunnya gulung tikar.

"Sekarang 13 tahun, saya khusus produksi biola. Berangkat dari handicraft kerajinan dikirim ke Itali beralih ke biola karena bom Bali kita kolaps," katanya.

Ia mengaku saat usahanya jatuh, ia melihat komunitas musik keroncong di sekitar Samigaluh yang mengeluhkan harga biola yang mahal. Lalu, ia pun berpikir jika biola memiliki pasar sendiri untuk dikembangkan.

"Di sini ada komunitas musik keroncong dan biola sangat mahal waktu dulu, Rp 800 ribu, punya saya Rp 200 ribu" katanya.

Setelah itu, biola karyanya mendapat respon bagus di pasaran. Bahkan, ada pembeli dari luar negeri seperti Itali hingga Rusia.

"Dulu 13 tahun lalu harganya Rp 200 ribu, dikirim ke Itali itu 100 buah sekali kirim. Sekarang saya hentikan takutnya diberi merek sana baru dikirim lagi ke sini," katanya.

Hak Paten

Japrak biola menjadi nama produksi biola dari Kulonprogo ini
Ribuan biola sudah dibuat Japrak sejak 13 tahun terakhir

Melihat kondisi ini, dia pun mendapat dukungan dari istri Sultan HB X yaitu GKR Hemas untuk mengurus hak patennya. Namun, hingga hari ini ia masih menunggu proses hak paten itu selesai.

"Sekarang saya dikasih paten oleh GKR Hemas. Hak paten dua tahun yang lalu, ini masih dalam proses, belum clear," katanya.

Menurut dia, ada perbedaan biola buatannya dengan biola yang beredar secara umum terutama dari Tiongkok. Biola buatannya memiliki ketahanan yang jauh lebih lama dibandingkan biola pada umumnya.

"Buatan China itu banyak yang rusak dua tahun sudah protoli, kita pakai lem yang bagus sampai 10 tahun punya saya enggak rusak," katanya.

Dia mengaku lebih memprioritaskan kualitas dari biola tersebut. "Kalo China kan profit mereka buat agar cepat rusak. Kalau dibuat untuk selamanya ya enggak beli lagi larinya ke profit," ujarnya.

Japrak panggilan Joko mengatakan jika biola buatannya sesuai dengan standard yang ada. Untuk mencapai standard tersebut, ia telah melakukan beberapa uji coba.

"Ada standardnya, ada alatnya. Belajarnya eksperimen cukup lama, tahunan. Butuh perjuangan. Itu standard kita belokkan enggak boleh, karena mengubah kenyamanannya," katanya.

 

Harga Murah Meriah

Tidak hanya biola alat musik lainnya jug mamu dibuatnya seperti Erhu
Japrak sedang memainkan alat musik dari cina Erhu

Harga satu biola buatannya bervariasi, tergantung dari permintaan pembeli. Menurutnya, ada biola dengan harga Rp 800 ribu hingga belasan juta.

"Kalau biola paling murah kita jual Rp 850 ribu, kalau mahal beraneka, enggak ada patokan, tergantung pembeli," katanya.

Karena murah dan awet inilah banyak pembeli yang datang langsung ke tempatnya. Namun, dari jumlah pembelinya paling banyak justru dari luar negeri dan paling jauh pembeli biolanya dari Rusia.

"Jadi pasarnya terbalik ada dari Italia, ada Ukraina, Rusia mereka datang ke sini ketemu saya dan beli jadi enggak kirim lho. Mereka tahu dari teman, karena teman-teman kita itu importir," katanya.

Ia mengaku membuat biola berdasarkan pesanan mulai dari warga biasa hingga musisi lokal, bahkan luar negeri. Pembuatannya pun menyesuaikan permintaan.

"Di sininya beda kebutuhan itu ada biola untuk orkes melayu, pop sesuai dengan kebutuhan," katanya.

Saat ini, ia tidak hanya membuat biola saja walaupun utamanya tetap membuat biola. Beberapa alat musik gesek dan petik juga ia buat di rumahnya.

"Yang jelas kita bikin alat musik gesek dan petik ada erhu, gitar, semuanya pesanan. Cajon alat musik Uruguay kita jual Rp 500 ribu dari kayu kalau multi kita jual Rp 300 ribu," katanya.

Ia mengaku saat ini ia sedang mengerjakan alat musik tradisional dari Dayak bernama rodus. Ia mematok tarif 1 set rodus dengan harga 1 juta rupiah.

"Namanya rodus alat musik gesek alat tradisional suku Dayak, hampir sama dengan biola cuma geseknya di tangan kalau biola kan di deket kepala gini kan, mereka pesen 5 set," katanya.

 

Kendala Mengembangkan Usaha

japrak sedang membuat alat musik biola
Ia bekerja sendiri untuk memenuhi pesanan dari dalam dan luar negeri

Japrak mengaku walaupun memiliki potensi pasar sendiri dalam pembuatan biola di Indonesia, tetapi usahanya juga memiliki kendala. Tidak banyak yang memiliki passion yang sama di dunia pembuatan biola ini.

"Saya sendiri di sini, tenaganya susah. Itu kendalanya. Kita dah coba kasih ilmu ternyata yang lari ke musik enggak ada. Setelah diajari larinya ke topeng," katanya.

Walaupun begitu ia pun masih terbantu dengan beberapa tenaga jika ada pesenan dalam jumlah banyak. Jika pesanan masih dalam skala kecil, ia bisa menanganinya sendiri.

"Pembantunya musiman kalau dapat pesanan (banyak) bisa sampai 10 orang," katanya.

Japrak menginginkan potensi SDM sekitarnya dapat dimanfaatkan sehingga usahanya dapat terus berjalan. Termasuk, dalam mencari bahan-bahan pembuatan biola yang menggunakan bahan dari Kulonprogo.

"Kita buat enggak mau impor kita mau gali potensi lokal," katanya.

Kayu sebagai bahan baku utama hingga kulit untuk tas biola juga dari Kulonprogo. Hal ini juga untuk menaikkan ekonomi masyarakat sekitar Kulonprogo.

"Ular sanca kulitnya itu dari pemburu ular sini. Kayunya kayu sungkai dan walangan. Kayunya sekitar sini," dia menambahkan.

 

Biola Mistis

Tidak jarang ia juga melakukan ritual saat membuat biola
membutuhkan 4 hingga satu tahun untuk satu biola mistis

Ia mengaku pelanggannya dari berbagai daerah dan kalangan. Sehingga permintaan pembuatan biola dengan mistis juga datang kepadanya.

"Kan ada yang minta setengah mistis ya minta ditanam emas di dalamnya," katanya.

Permintaan itulah yang menurut Japrak membuat harga biola menjadi mahal. Karena dalam biola tersebut akan ada ditanam emas layaknya susuk yang ditanam di dalam tubuh manusia.

"Ada permintaan itu untuk kebutuhan konser. Yang mahal itu emasnya jadi mahal dari sini, kalau orang Jawa bilang ditanam energi," katanya.

Tidak sembarangan saat membuat biola dengan permintaan mistis ini. Sebab, ia juga harus melakukan ritual terlebih dahulu layaknya membuat sebuah keris pada zaman dahulu.

"Auranya di musik, jadi (ritualnya) kayak ada ritual sendiri seperti dengan puasa. Kita pasti puasa, baru energinya kita transfer ke kayu lewat media emas itu," katanya.

Ia tidak bisa menyebut berapa harga pasti untuk biola dengan permintaan mistis ini. Namun, ia menyebut harganya bisa menapai Rp 10 juta ke atas tergantung selera pemesan.

"Bisa sampai 10 juta. Paling mahal ya 10 juta itu servis di atas sepuluh. Dulu pernah dikasih servis itu biola stradivarius Jerman itu kembalikan seperti semula itu upahnya 15 juta. Itu hanya servis," katanya.

Layaknya mpu dalam membuat keris saat ritual membuat biola ini ia tidak memiliki batas waktu. Sebab, bisa saja biola ini jadi dalam kurun waktu singkat, tetapi bisa juga hingga bertahun-tahun.

"Satu biola kalau mahal bisa sampai 4 tahun, sampai 1 tahun waktu buatnya ya dengan ritual itu," dia menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya