Ukiran Akar Pohon Cirebon Berharga Jutaan, Diekspor Sampai Kanada

Pengukir akar pohon asal Cirebon promosi hasil karyanya dari orang-orang sekitar. Karyanya diekspor sampai Kanada.

oleh Panji Prayitno diperbarui 02 Apr 2018, 20:00 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2018, 20:00 WIB
Kisah Pengukir Akar Pohon Cirebon Butuh Bantuan Pemerintah
Bakat mengukir yang dimiliki Joni warga Cirebon ini tanpa sadar tembus ke empat negara. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Kerajinan tangan dari bahan limbah kayu belakangan banyak dimanfaatkan untuk membuat suatu karya. Bahkan, tidak sedikit kerajinan tangan dari limbah kayu memiliki nilai jual yang baik.

Namun demikian, tidak semua pengrajin memanfaatkan kayu sebagai bahan membuat karya. Seperti yang dilakukan Joni Sarmija warga Desa Tuk, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon.

Sejak tahun 1997, Joni beralih profesi menjadi pengukir berbahan limbah kayu di Cirebon. Joni memanfaatkan akar pohon untuk dijadikan sebuah karya yang memiliki nilai jual.

"Kalau menurut saya kayu itu tidak ada yang berbeda sama-sama kuat," ujar Joni, Senin (4/2/2018).

Joni menjelaskan, akar pohon menjadi bahan utama karena harga yang lebih murah dibandingkan limbah kayu. Selain itu, akar pohon mudah dicari, bahkan dia sering mencari akar pohon sendiri untuk diukir menjadi sebuah karya.

Dalam ukirannya, Joni dominan membuat desain bertema penguasa alam di bumi baik darat, air maupun udara. Seperti di harimau dikenal sebagai raja hutan, ukiran naga yang dikenal sebagai raja air, dan Elang raja udara.

"Masing-masing diambil karena hewan yang menguasai alam karena melewati masa kejayaan yang tinggi," tutur dia.

Dalam membuat ukiran dari akar pohon, Joni tidak hanya cenderung memanfaatkan pohon jati saja. Joni bersama rekannya itu bisa membuat ukiran dari berbagai macam bahan pohon yang ada di alam.

"Kayu jati kan karena namanya sudah terkenal saja jadi mempengaruhi harga padahal menurut saya kayu itu sama saja dan saya sering pakai akar pohon mahoni, mangga hasilnya juga tidak kalah bagus," ujar dia.

Tanpa Bantuan Pemerintah

Kisah Pengukir Akar Pohon Cirebon Butuh Bantuan Pemerintah
Bakat mengukir yang dimiliki Joni warga Cirebon ini tanpa sadar tembus ke empat negara. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Namun demikian, kerajinan ukir berbahan dasar akar pohon yang dibuat Joni belum banyak dikenal di khayalak ramai. Joni mengaku promosi karyanya itu dilakukan dari orang-orang terdekat.

"Justru saya sedang menunggu campur tangan atau bantuan pemerintah tapi dari tahun 1997 sampai sekarang tidak ada jadi ya jalani saja," ujar dia.

Joni mengaku, lebih dari 200 karya ukir yang dibuatnya sejak tahun 1997. Dengan harga jual mulai dari Rp 1 juta sampai Rp 16 juta, karya Joni pun sudah sampai ke empat negara yakni Kanada, Malaysia, Taiwan, dan Jepang.

Sebelum menggeluti profesinya sebagai pengukir akar pohon, Joni sempat menjadi tukang las. Keputusannya pindah profesi tersebut lantaran ketertarikannya pada kerajinan berbahan dasar limbah kayu.

"Lihat teman bisa memanfaatkan limbah jadi barang bernilai seni dan harga jual yang bagus jadi saya belajar dan pindah profesi," kata dia.

Dalam proses pembuatan ukiran tersebut, Joni mampu membuat dua patung ukir selama satu bulan. Joni pun kerap melayani pesanan ukiran kayu di beberapa cafe di Cirebon.

"Tergantung permintaan saja kalau harga cocok satu bulan juga sudah bisa dibuat," sambung dia.

Saksikan vidio pilihan berikut ini: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya