Kehangatan Makan Malam di Pusat Kuliner Ceplak Garut yang Melegenda

Mau tahu tempat jajanan makanan enak dengan harga murah-meriah di Garut, Jawa Barat? Ceplak jawabannya.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 04 Jun 2018, 14:15 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2018, 14:15 WIB
Pasar Ceplak, Kawasan Kuliner Garut
Pasar Ceplak, kawasan kuliner Garut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Mau tahu tempat jajanan makanan enak dengan harga murah meriah di Garut, Jawa Barat? Ceplak jawabannya. Di sana, Anda bisa mengobrol dengan penuh kehangatan dan ramah tamah warga Garut, sekaligus mencicipi deretan kuliner tradisional khas Kota Intan. Rugi rasanya ke Garut tanpa mencicipi ragam kuliner lezat di sana.

Entah dari mana awal mula nama ceplak ini mengemuka, namun merujuk istilah lidah orang Sunda, ceplak berarti mengunyah makanan dan menghasilkan suara. Hingga kini akhirnya nama tersebut, semakin melegenda bagi pelancong yang doyan memanjakan lidahnya dengan makanan lezat itu. 

Budayawan lokal Garut, Franz Limiart mengatakan, awal mula perjalanan Pasar Ceplak, sejatinya dimulai pertengahan tahun 1940-an silam. Saat itu masyarakat sekitar mulai pukul 16.00 WIB, kerap menjajakan makanan khas tradisional di sekitar Babancong dan Pendopo hingga pukul 24.00 WIB tiba.

"Ada gurandil, kelepon, papaisan (pepes) mulai ikan hingga ayam, jalabria (gemblong), cucur, belum ada ayam goreng saat itu,” ujar dia mengenang, saat mendapatkan cerita turun-temurun dari orangtuanya, ketika ditemui Liputan6.com, Minggu, 3 Juni 2018.

Lama-kelamaan kebiasan jajanan sore itu menjadi kebiasaan masyarakat sekitar, hingga akhirnya kawasan sekitar pusat pemerintahan Garut saat itu, penuh dengan pedagang ceplak itu. "Akhirnya menjadi persoalan baru sebab khawatir kotor," kata dia.

Melihat menjamurnya pedagang dadakan itu, akhirnya Bupati Garut saat itu, Raden Gahara Widjaja Suria yang menjabat tahun 1959, mulai merelokasi para pedagang itu, demi kenyamanan kantor pemerintahan tersebut. "Kalau sekarang istilahnya PKL (pedagang kaki lima), ya disterilkan juga semuanya," ujar dia.

Awalnya, pusat jajanan lezat khas pribumi Garutan itu, berpindah-pindah mulai di Jalan Siliwangi kawasan pengkolan atau istilah pusat perbelanjaan di Garut, kemudian pindah ke kawasan pasar Jagal sekitar Kampung Mawar, hingga akhirnya kembali lagi ke kawasan Siliwangi sejak tahun 1970-an hingga kini.

"Sebenarnya pernah juga direlokasi ke kawasan Pramuka dan Alun-alun Tarogong dan Islamic Center saat Bupati Agus berkuasa," tuturnya.

Franz menyatakan, salah satu daya tarik Pasar Ceplak adalah makanannya yang beragam dengan harga yang murah, tercatat mulai makanan berat seperti nasi timbel lengkap ayam goreng, satai, soto, mi baso, mi ayam, dan lainnya tersedia di sana,

Tak ketinggalan makanan khas tradisional seperti kolak, gurandil, kelepon, sakoteng, cucur, gemblong, rakcak, candil, awug beras, jiwel, putu mayang, dan putu beras tetap dipertahankan hingga kini.

"Nah, baru mulai tahun 1990-an muncul ada istilah ayam goreng dan makanan modern lainnya, saat itu ayam goreng masih terbilang mewah,” kata dia.

Namun dari semua itu, keramahan dan pola interaksi antara penjual dan pembeli yang berlangsung di Pasar Ceplak, Garut, menjadi bumbu utama untuk merajut pembeli. "Akhirnya bukan saja makan malam, tapi lebih ke nongkrong, namun semua usia," dia menambahkan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Destinasi Kuliner Tradisional Garut

Ayam Penyet Salah Satu Menu Makan Pasar Ceplak Garut
Ayam penyet, salah satu menu makan di Pasar Ceplak Garut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Meskipun tampilan dagang mereka sederhana, hanya dijajakan melauli deretan roda dan stan sederhana, jangan salah ragam makanan khas Garut, hingga jajanan berat semisal nasi goreng, satai, soto dan mi bakso tersedia di sana.

Ade Saepulloh, salah satu penjual makanan tradisional khas Garut mengaku pertama kali jualan sekitar tahun 1988, dua dekade lalu. Saat itu mayoritas dagangan Pasar Ceplak masih didominasi makanan khas daerah seperti kolak, gurandil, kelepon, sakoteng, cucur, gemblong, rakcak, candil, awug beras, jiwel, putu. "Kalaupun ada nasi, ya paling nasi timbel, belum selengkap sekarang," kata dia.

Baru memasuki dekade 1990-an, ragam jenis makanan lezat lainnya mulai membanjiri kawasan itu, tercatat dagangan ayam goreng, KFC hingga makanan kekinian seperti aneka seafood, mi baso, sosis bakar, kentang goreng, kebab, dan lainnya bermunculan. "Sekarang menunya lebih lengkap, tinggal pilih saja," ujarnya.

Buat menjaga asa dan keragaman makanan lokal tetap tersedia, ia berharap mampu menata kawasan Ceplak lebih rapi, sehingga munculnya praktik jual-beli sewa lapak, hingga parkir liar bisa dihindarkan. "Saya beberapa kali membawa turis asing keluhannya satu, kawasannya belum tertata rapi, padahal mereka senang (mengunjungi Ceplak)," tuturnya.

Bagi Anda yang mulai mudik saat ini atau sekedar lewat kota Garut untuk melanjutkan perjalanan, tidak ada salahnya mampir di pusat jajanan kuliner ceplak yang berada di Jalan Siliwangi, Garut Kota, beragam jenis makanan hangat nan lezat siap memanjakan lidah Anda saat memasuki petang hingga pukul 24.00 WIB nanti.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya