Buah Pinang Sumbang Inflasi di Manokwari

Layaknya kios, lapak penjualan pinang tersedia di setiap lorong jalan kompleks hingga jalan besar di Manokwari dan Papua Barat secara keseluruhan.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jul 2018, 10:31 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2018, 10:31 WIB
Khasiat Buah Pinang untuk Kesehatan
Khasiat Buah Pinang untuk Kesehatan

Liputan6.com, Manokwari - Buah pinang menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi atau naiknya indeks harga konsumen di wilayah Kabupaten Manokwari, Papua Barat.

Pelaksana Harian Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat, Merry MP mengatakan, inflasi di Manokwari, pada Juni 2018 sebesar 0,70 persen, jauh lebih rendah dari Juni 2017 dan 2016.

"Inflasi merata, pemicunya karena menjelang Idul Fitri harga bahan makanan sebagian besar meningkat," kata Merry di Manokwari, Selasa (3/7/2018) dilansir Antara.

Buah pinang, kata Merry, menyumbang 0,042 persen dalam pembentukan inflasi di Manokwari. Memakan pinang sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Papua di wilayah Papua Barat. Layaknya kios, lapak penjualan pinang tersedia di setiap lorong jalan kompleks hingga jalan besar.

Merry menjelaskan, kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau termasuk buah pinang menjadi komponen terbesar penyumbang inflasi di daerah tersebut. Kelompok ini membentuk 0,49 persen inflasi.

Kelompok lain pembentuk inflasi di daerah ini antara lain komponen kesehatan, transportasi, komunikasi, serta jasa keuangan.

"Kelompok sandang justru mengalami deflasi 0,08 persen. Banyak toko dan sarana belanja yang memberikan diskon menjelang Lebaran, ini yang memicu deflasi," ujarnya lagi.

Kondisi berbeda terjadi di Kota Sorong. Pada Juni 2018, inflasi Kota Sorong sebesar 1,36 persen. Serupa dengan Manokwari, komponen penyumbang inflasi tertinggi berada pada kelompok bahan makanan mencapai 3,26 persen.

Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Papua Barat, Melkias Werinussa, pada kesempatan terpisah optimistis harga bahan pokok usai Lebaran akan segera stabil.

"Seperti telur ayam, saat ini sudah kembali ke harga Rp 50 ribu per rak berisi 30 butir," katanya.

Ia berharap, pemerintah kabupaten dan kota bersikap lebih tegas dalam mengawal perkembangan harga bahan pokok. Pihaknya mengindikasi ada permainan harga pada tingkat pengecer.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya