Kota Wisata di Portugal Ancam Denda Rp40,6 Juta Jika Berbikini di Luar Area Pantai dan Kolam Renang

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Kota Albufeira, kota wisata pantai di Algarve, Portugal memperketat aturan berbikini dan celana renang agar dipakai pada tempatnya. Mereka yang melanggar diancam denda maksimal USD 2.500, sekitar Rp40,6 juta.

Bahkan, denda bagi turis yang telanjang bulat di jalan lebih berat dengan denda maksimum mencapai USD3.000 atau hampir Rp49 juta berdasarkan aturan baru yang sedang disusun. Langkah diambil pemerintah kota sebagai upaya menekan seminuditas di luar area yang diperbolehkan, seperti pantai dan kolam renang hotel.

Mengutip The Sun, Minggu (16/2/2025), selain bikini, pemerintah kota Albufeira juga melarang orang berjalan di jalan dengan trikini dan celana dalam. Pasal 'Larangan' itu tercantum dalam dokumen Draf Kode Perilaku Baru Albufeira.

"Untuk tetap berada atau beredar dalam keadaan setengah telanjang, dipahami, untuk tujuan Kode ini, sebagai seseorang yang sebagian mengekspos tubuhnya, menggunakan jenis pakaian atau aksesori apa pun, yaitu pakaian renang - bikini, trikini, baju renang dan sejenisnya, celana pendek, dan pakaian dalam," bunyi penjelasan dalam dokumen tersebut.

Pantai dan area akses pantai, termasuk tempat parkir tepi laut serta kolam renang hotel, telah dinyatakan sebagai area yang dikecualikan. Saat ini, draf yang diajukan dewan kota itu sedang dalam tahap konsultasi publik sebelum diterapkan menjelang musim panas tahun ini.

Polisi juga akan menjatuhkan denda maksimal USD2.500 yang kedapatan buang air kecil sembarangan. Begitu pula dengan minum miras di jalanan dengan ancaman denda mulai dari USD500, sekitar Rp8,1 juta.

Pejabat kota mengatakan tujuan dari proyek Kode Perilaku ini adalah untuk menciptakan kondisi yang lebih baik untuk pengembangan kota, menjaga Albufeira sebagai tujuan wisata multikultural, ramah keluarga, dan aman yang menghargai warisan dan identitasnya.

Wali Kota Albufeira, Jose Carlos Rolo, mengatakan dalam dokumen pemerintah resmi pada Rabu, 12 Februari 202,5 yang mengumumkan periode konsultasi publik selama 30 hari, "Sangat mendesak untuk menetapkan langkah-langkah yang secara efektif mengatasi penerapan perilaku yang kasar, terutama oleh mereka yang menjadikan Kota Albufeira sebagai tujuan wisata." 

Rolo juga mengatakan, "Kami ingin fokus juga pada diversifikasi penawaran, untuk berkontribusi mengurangi turis musiman tetapi juga untuk menarik pasar wisata baru dari negara lain." Dua bulan sebelumnya, dewan kota telah mempresentasikan strategi diversifikasi dengan moto 'Albufeira adalah bagian dari hidup Anda.'

Kebijakan itu untuk mengatasi berbagai insiden yang tak menyenangkan di saat pemerintah kota berusaha menaikkan citranya dari kota pesta dan mengurangi ketergantungannya pada kunjungan turis Inggris. Pada musim panas lalu, sekelompok turis Inggris yang sedang berpesta kedapatan telanjang bulat. Video merekam mereka berulah di atas meja bar di Route Caffe 66 di Oura Strip. 

Sementara, Arab Saudi melonggarkan aturan berbusana bagi wisatawan yang mengunjungi pantai. Dilansir dari The New Arab dan The Times of Israel, 18 Oktober 2021, para pengunjung wanita kini diperbolehkan menggunakan bikini di area pantai, khususnya jika masuk ke Pure Beach, dekat Jeddah.

Pengunjung lainnya boleh memutarkan musik dan lagu-lagu berbahasa Inggris dengan pengeras suara. Padahal hingga 2017, musik dilarang diputar di tempat umum, aturannya ditegakkan oleh polisi agama. Bahkan kini, pengunjung wanita dan pria bisa berikhtilat alias bercampur baru di pantai tersebut dengan membayar 300 riyal atau sekitar Rp1,3 juta.

Hal itu dimanfaatkan Asma untuk pergi ke pantai dengan kekasihnya. "Saya senang saya sekarang bisa datang ke pantai terdekat untuk menikmati waktu saya," kata Asma pada AFP.  "Ini adalah simbol kebahagiaan, ini adalah impian kami untuk datang ke sini dan menghabiskan akhir pekan yang indah," tambahnya.

Beberapa pengunjung di antaranya bersantai sambil menghisap shisha. Saat matahari terbenam, penari mengikuti musik Barat di atas panggung, dan banyak pasangan berpelukan di dekatnya. Bilal Saudi, kepala acara di King Abdullah Economic City, mengatakan pantai itu terbuka untuk turis lokal maupun asing.

"Saya merasa bahwa saya tidak lagi harus bepergian (ke luar negeri) untuk bersenang-senang, karena semuanya ada di sini," kata Dima, seorang pengusaha muda lokal sambil bergoyang  mengikuti musik.

Petugas di pantai mengatakan mereka tidak tahu apakah pasangan yang berpelukan sudah menikah atau belum. Baru dua tahun yang lalu pasangan asing yang belum menikah diizinkan untuk berbagi kamar hotel.

Demi 'privasi', seperti yang dikatakan staf, ponsel disita dan disimpan dalam kantong plastik.  "Saya terkejut dengan kebebasan dan keterbukaan di pantai, sesuatu yang akan dialami di Amerika Serikat," ujar pengunjung pantai lainnya.

Mereka juga terlihat di luar kawasan Jeddah yang dikenal sebagai kawasan paling santai di negara itu. Pure Beach sendiri berada di King Abdullah Economic City, sekitar 125 kilometer di utara pusat kota Jeddah.

"Saya dibesarkan di sini, banyak yang sudah berubah sekarang. Beberapa tahun yang lalu kami bahkan tidak diizinkan untuk mendengarkan musik, jadi ini seperti surga," ucap Hadeel Omar dari Mesir.