Kenali Tanda Penyakit Berbahaya Sebelum Beli Hewan Kurban

Pengawasan hewan ternak diperketat, terutama yang berasal dari daerah-daerah endemik penyakit berbahaya. Salah satunya antraks

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 14 Agu 2018, 21:01 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2018, 21:01 WIB
Sapi dan kambing menjadi hewan kurban utama di Indonesia. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Sapi dan kambing menjadi hewan kurban utama di Indonesia. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Sepekan menjelang hari Raya Idul Adha 1439 Hijriyah, transaksi hewan kurban, terutama sapi dan kambing meningkat. Lalu lintas antar daerah pun padat.

Pemerintah mulai memperketat pengawasan hewan ternak, terutama yang berasal dari daerah-daerah endemik penyakit berbahaya. Salah satunya Antraks.

Diketahui, Antraks dapat menular kepada manusia dan dapat menyebabkan kematian. Karenanya, menjelang Hari Raya Idul Adha ini, Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah memperketat pengawasan hewan kurban yang masuk atau melintas di Cilacap menuju Jakarta dan kota besar lainnya.

Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Cilacap, Daryono mengungkapkan, Antraks juga dapat menular kepada hewan ternak lainnya dan menciptakan daerah endemis baru. Sebab itu pengawasan hewan ternak lebih memperketat lau lintas ternak dari daerah-daerah endemik Antraks.

"Kami memang selalu menanyakan barang dari mana, kalau berasal dari daerah endemik penyakit menular, kami memang lebih ketat," ucapnya kepada Liputan6.com, Senin, 13 Agustus 2018.

Jika hewan kurban itu berasal dari daerah endemik Antraks, maka petugas akan mengecek kelengkapan dokumen, terutama keterangan kesehatan hewan. Namun begitu, sejak kasus Antraks ramai pada 2015 hingga 2017 lalu, tak ditemukan hewan Suspect Antraks yang dikirim ke Cilacap. 

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

Saksikan video pilihan berikut di bawah ini:

Pengamatan Visual

Lalu lintas hewan ternak antar daerah meningkat menjelang Hari Raya Idul Adha. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Lalu lintas hewan ternak antar daerah meningkat menjelang Hari Raya Idul Adha. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Dia mencontohkan, daerah endemis itu meliputi beberapa kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kelengkapan dokumen menjadi penting untuk memastikan kesehatan hewan kurban menjelang Idul Adha 2018 ini.

"Yang endemik itu contohnya Antraks, daerah Gunung Kidul, Bantul, yang ada kasus pada 2015 sampai 2016," ungkapnya.

Dia mengungkapkan, daerah endemik Antraks lainnya seperti berasal dari NTB, NTT dan Indonesia timur lainnya justru aman. Pasalnya, sebelum dikirimkan ke Jawa atau dikapalkan, hewan telah melalui proses karantina.

"Kalau Bali, Sumbawa, NTT ke sana itu beres itu. Tidak masalah. Aman," dia menambahkan.

Selain anthrax penyakit yang perlu diwaspadai lainnya adalah cacing hati. Dia menyebut, cacing hati justru menjadi penyakit yang persebarannya cukup massif dan nyaris terjadi hampir di seluruh daerah.

Meski berbeda penyebab, sama seperti Antraks, cacing hati pun dapat menular kepada manusia. Salah satu penularannya yakni mengonsumsi daging hewan kurang matang yang mengandung telur atau cacing hati.

Dia menjelaskan, secara umum, masyarakat pun sebenarnya bisa mengamati secara visual penampakan hewan ternak yang terjangkit cacing hati, terutama dalam stadium parah. Beberapa ciri yang menandakan bahwa cacing terjangkit cacing atau cacing hati adalah bulu kusam, kurus, dan malas bergerak atau pasif.

"Di matanya biasanya ada kotoran," dia menjelaskan.

Melibatkan 200 Petugas

Waspada cacing hati pada daging hewan kurban. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Waspada cacing hati pada daging hewan kurban. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Meski begitu, menurut dia, secara pasti hewan ternak yang terjangkit cacing hati mesti diperiksa di laboratorium atau setidaknya mengecek sampel hatinya. Sebab, hingga sepertiga bagian tubuh hewan dijangkiti cacing, secara visual tanda-tandanya masih sulit dikenali, kecuali ahlinya.

"Mungkin kalau dokter hewan mudah mengenali, masyarakat umum sedikit sulit. Kecuali yang parah," Daryono mengungapkan.

Menjelang Idul Adha ini, Dinas Pertanian juga telah mensosialisasikan cara mengecek kesehatan hewan kurban dan cara pemotongan hewan kurban yang halal dan baik kepada pengurus masjid dan musala. Sebab, tak semua hewan kurban disembelih di Rumah Potong Hewan (RPH).

Menurut Daryono, pada Idul Adha 2017 lalu, masih banyak hewan kurban yang terjangkit cacing hati di Cilacap. Secara keseluruhan, jumlah sapi yang dipotong pada 2017 mencapai 3.600-an ekor. Adapun kambing, lebih dari 8.000 ekor.

"Ada yang kena cacing hati, jumlahnya kurang dari 100 ekor," dia mengungkapkan.

Hewan kurban lebih banyak dipotong di Masjid dan Musala. Sebab itu, peran pengurus masjid dan musala amat vital untuk mengetahui penyakit-penyakit yang berbahaya beserta penanganannya.

Pada hari Raya Idul Adha 1439 Hijriyah nanti, Dinas Pertanian juga bakal menerjunkan 200 petugas pengawas dan pemantau. 150 orang adalah petugas Dinas Pertanian Cilacap, 50 lainnya adalah personel pemerintah desa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya