Desain Ciamik Hunian Sementara Korban Gempa Buatan Anak Negeri

Hunian tersebut berupa hunian keluarga seperti family shelter, communal shelter, Mandi Cuci Kakus (MCK), dan posko untuk relawan.

diperbarui 01 Okt 2018, 19:00 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2018, 19:00 WIB
Desain Hunian Sementara Korban Gempa
Foto: Dok. Institut Teknologi Bandung (ITB)

Mataram - Kepulauan Indonesia yang berada di atas tiga lempeng besar dan dikelilingi “cincin api” menjadikannya rawan gempa dan tsunami. Terbukti, belum selesai recovery Lombok, tanah Palu dan Donggala juga dilanda gempa yang mengakibatkan tsunami.  

Mencermati kebutuhan hunian tahan gempa, PT Abyor International bersama Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Mataram (Unram) membangun hunian sementara (huntara) bagi masyarakat Lombok korban gempa. Rumah inipun dinilai cocok bagi wilayah-wilayah rawan gempa.

"Gempa menyebabkan banyak bangunan runtuh termasuk rumah penduduk. Keprihatinan tersebut kami wujudkan dalam bentuk bantuan berupa hunian sementara dengan harapan membantu warga hingga mampu untuk memiliki hunian permanan kelak," ujar Director Professional Delivery Services PT Abyor International Dony Rivai, seperti dikutip Jawapos.com.

Hunian tersebut berupa hunian keluarga seperti family shelter, communal shelter, Mandi Cuci Kakus (MCK), dan posko untuk relawan. Ikatan Alumni ITB menggagas pembangunan rumah dan bangunan dengan konsep huntara dari bambu.

Hunian sementara hasil rancangan arsitek ITB itu terbuat dari bambu karena beberapa pertimbangan. Struktur bambu lebih ringan, lebih elastis, dan tidak mudah pecah sehingga dapat diandalkan.

Agar dapat lebih awet, bambu yang digunakan diplester untuk mencegah risiko kerusakan akibat hujan, kelembaban, jamur, rayap, dan kebakaran. Selain dapat diandalkan, pemakaian bambu juga lebih menghemat biaya. Setidaknya hanya diperlukan Rp 20 juta untuk membuat huntara berbahan bambu.

Ada beberapa bangunan yang dibuat di tahap awal sebagai percontohan yakni satu unit family shelter, satu unit communal shelter, satu unit rumah huntara, dan satu unit geodome untuk Poskorelawan. Pembangunan seluruhnya berlokasi di Desa Medana, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara.

Huntara yang dibangun memiliki luas empat kali enam meter dengan satu kamar di mezzanine yang bisa dipisah menjadi dua. Tim relawan gabungan Abyor-ITB-Unram memulai proses pembangunan di area yang tertimpa bencana sejak awal September di Desa Medana, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara.

Wakil Rektor Unram, Prof Lalu Wiresapto Karyadi mengatakan, berbagai bentuk rehabilitasi pascagempa Lombok salah satunya dengan segera membangun hunian bagi para korban. Huntara hasil arsitek ITB tersebut bisa menjadi contoh bagi wilayah lainnya yang rawan gempa.

Baca juga berita Jawapos.com lainnya di sini.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya