Liputan6.com, Aceh Jaya - Bagi yang pernah ke kawasan Puncak Gunung Geureutee, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh pasti tidak asing dengan 'Warung Si Amang'.
Warung ini berada di pinggiran tebing kawasan Gunung Geureutee tepatnya di desa Babah Ie, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh.
Warung Si Amang terletak sejajar dengan belasan warung lain yang ada di kawasan itu. Warung-warung tersebut menjadi tempat singgah para pelintas yang melewati jalan Banda Aceh-Meulaboh.
Advertisement
Baca Juga
Namun, adakalanya para pengunjung sengaja datang sekadar menikmati suasana di tempat itu. Dari pinggir tebing yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, pengunjung disuguhi pemandangan alam nan indah.
Para pengunjung bisa menikmati fenomena laut lepas dengan permukaannya yang terlihat memerak karena pantulan cahaya surya, berhiaskan pulau-pulau kecil tak berpenghuni.
Selain itu, embusan angin nan lembut dari arah laut lepas yang menyapa kulit membuat pengunjung terlena dan betah berlama-lama di situ. Tempat ini juga sangat cocok dijadikan spot bagi mereka yang suka mengeksplorasi keindahan alam melalui fotografi.
Berbeda dengan warung-warung lainnya, Warung Si Amang tidak hanya menawarkan panorama alam bagi para pengunjungnya. Namun, pada jam-jam tertentu, sepasang siamang akan mampir ke warung tersebut.
Siamang-siamang itu akan terlihat bergelantungan di antara pepohonan atau tiang-tiang kayu dekat warung. Mereka biasanya menghampiri para pengunjung yang menyodorkan makanan.
Kesempatan itu banyak dimanfaatkan para pengunjung yang datang untuk berswafoto dengan hewan yang berasal dari kelompok gibbons atau owa tersebut.
Menurut pemilik warung, Abdullah P (40), kedua siamang itu sering datang ke warung miliknya sejak 17 tahun silam. Saat itu, seekor siamang berjenis kelamin jantan tiba-tiba menghampiri warungnya.
Karena terlihat bersahabat, Bang Lah, panggilan Abdullah, kemudian memberi pisang kepada siamang tersebut.
Bersahabat dengan Siamang
Beberapa minggu kemudian, Siamang tersebut kembali lagi ke warung Bang Lah, tetapi kali ini membawa serta seekor siamang betina yang merupakan pasangannya.
Semenjak itu, hewan bernama latin Symphalangus syndactylus itu selalu datang ke warung miliknya. Karena itu, warungnya itu ia beri nama 'Warung Si Amang'.
"Siamang-siamang itu sering datang ke warung pada jam 09.00-10.00 kalau pagi. Siang itu jam 14.00-15.00 WIB hinga 17.00 WIB," sebut Abdullah, saat Liputan6.com mengunjugi warungnya, Kamis, 1 November 2018.
Kedua siamang itu jadi ikon yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung di warung Bang Lah. Kendati terdapat warung lain yang berdempetan dengan warungnya, tetapi hewan itu hanya datang ke warung Bang Lah.
Karena itu, warung yang menyediakan mi dan kopi khas Aceh Jaya itu tidak pernah sepi pengunjung. Tidak hanya turis domestik, turis mancanegara juga sering datang ke warung Bang Lah.
Seorang pengunjung, Husaini Sani, kepada Liputan6.com, mengakui kedua ekor Siamang itu memang akrab dengan manusia.
Pemuda asal Lampung itu sempat menyodorkan pisang kepada seekor di antaranya. Tanpa ragu hewan itu meraih pisang dari tangan Husaini.
"Ia tampak akrab karena mungkin sudah sering bertemu dengan manusia. Setahu saya siamang tidak seakrab itu dengan manusia," ujar lelaki penyuka traveling dan fotografi tersebut.
Â
Advertisement
Pernah Punya Anak
Menurut pemilik 'Warung Si Amang' Abdullah P, kedua ekor siamang yang sering datang ke warungnya itu sempat beberapa kali punya anak.
Menurut Bang Lah, dari tiga ekor anak siamang tersebut, satu di antaranya didapati tewas disiram air panas oleh orang tidak bertanggung jawab.
Sementara, dua ekor lainnya tidak tahu ke mana rimbanya. Kemungkinan besar kedua anak siamang itu hilang diburu pemburu.
"Sudah tiga kali beranak. Dua tidak tahu ke mana. Mungkin diburu oleh siapa. Satu lagi kedapatan mati disiram air panas," ungkapnya.
Hewan yang Dilindungi
Sebagai catatan, siamang merupakan primata dari famili Hylobatidae. Hewan ini memiliki ciri-ciri berbulu hitam pekat kecuali bagian wajah, jari, telapak tangan, ketiak, dan telapak kaki.
Hewan yang punya beberapa nama latin ini tidak punya ekor, bermata gelap agak kecoklatan, berhidung pesek, dan memiliki rentang tangan yang lebih panjang dari tubuhnya.
Siamang memiliki kantung khusus yang terletak di bawah dagunya. Kantung tersebut membantu meningkatkan volume suara mereka.
Hewan ini masuk dalam kategori omnivora. Mereka pemakan buah-buahan tetapi terkadang juga memakan pucuk dedaunan.
Siamang banyak hidup di Asia Tenggara. Mereka juga banyak ditemukan di beberapa tempat, seperti Semenanjung Malaya, Malaysia, dan Sumatera.
Menurut Azhar dari Komunitas Hutan Wakaf Aceh, siamang merupakan satwa liar yang dilindungi oleh undang-undang.
Hal ini sebagaimana disebut dalam Permen LHK RI Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Yang Dilindungi.
Juga tertera dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
"Siamang di warung yang ada di Aceh Jaya itu, hewannya tidak diikat, atau dipelihara oleh pemilik warung. Hewan itu pulangnya ke hutan kalau malam," ujar Azhar kepada Liputan6.com, Kamis (1/11/2018).
Karena itu, fenomena siamang yang sering datang warung Abdullah P, menurut Azhar bukan merupakan bentuk pelanggaran. Ia malah bisa menjadi ikon wisata di kawasan tersebut.
Â
Simak video pilihan berikut ini: