Liputan6.com, Surakarta - Drummer grup musik rock lawas Ternchem, Bambang Soewarno (78) meninggal dunia pada Senin malam, 5 November 2018. Jenazah dimakamkan di pemakaman keluarga, Jurutanen, Badran, Kotabarat, Solo, Selasa 6 November 2018.
Adik kandung Bambang Soewarno, Bambang Sudarno mengatakan kakaknya meninggal karena faktor usianya yang sudah sepuh. Ia meninggal dunia di rumah Kleben, Gedongan, Colomadu, Karanganyar.
Advertisement
Baca Juga
"Meninggalnya itu pada Senin malam sekitar pukul 21.30 WIB. Seminggu sebelumnya sempat dibawa ke RS Moewardi tapi terus dirawat di rumah," kata Sudarno kepada Liputan6.com di rumah duka Kleben, Gedongan, Colomadu, Selasa, 6 November 2018.
Menurut Sudarno yang juga gitaris grup musik rock Ternchem itu, tiga hari sebelum meninggal, kakaknya itu masih sibuk seolah memainkan alat musik drum di tempat tidurnya. Ia pun mendampingi saat kakaknya itu memainkan drum dengan suara mulutnya.
"Kalau keinginannya itu masih kuat untuk main drum tapi karena sepuh ya lemah. Kemarin sebelum meninggal itu masih mainan drum meskipun dengan suaranya saja," ucapnya.
Berita duka meninggalnya drummer Ternchem itu membuat kawan sesama musisi dari Solo seperti Setiawan Djody ikut mengirimkan karangan bunga di rumah duka.
Keluarga memutuskan jenazah sang drummer rock Ternchem itu dimakamkan di pemakaman keluarga di pemakaman daerah Badran, Kottabarat, Solo. Proses pelepasan jenazah dilakukan di rumah duka sekitar pukul 14.00 WIB.
Â
Ternchem Dalam Peta Musik Rock
Menurut Sudarno, Terchem merupakan grup musik rock pertama di Indonesia. Awalnya grup band rock itu merupakan grup band keluarga dengan nama Family Yunior pada tahun 1957. Akan tetapi sejak tahun 1962 nama grup band tersebut berganti nama dengan Ternchem.
"Anggotanya saya pegang gitar melodi, kakak saya almarhum Bambang Soewarno pegang drum, adik saya Bambang Oen Damoera pegang bass. Sedang keyboard Oni Picauri dari Ambon dan vokal Bernard Parnadi," sebutnya.
Ternchem menjadi tonggak sejarah musik rock. Keberadaannya terus menginspirasi para musisi, khususnya di Jawa Tengah. Tjahyo Nugroho, basis kelompok musik rock Semarang era 90-an menyebut bahwa eksistensi musik rock pada masa kejayaannya di tahun 90-an tak lepas dari sejarah panjang Ternchem.
"Mereka berani mendobrak tradisi dan menjadi pondasi rock. Dalam waktu dekat, Insya Allah kami akan kembali berjaya," kata Tjahjo.
Tjahjo kemudian bercerita bahwa sejarah perkembangan musik rock dunia berawal dari gitaris besar Jimi Hendrix. Jimi Hendrix membidani lahirnya musik Rock.
"Saat itu belum lepas dari irama blues. Dalam perkembangannya ada pertunjukkan art rock bertajuk The Wall karya Pink Floyd," kata Tjahjo.
Saat ini ada banyak sempalan dari induk musik rock. Ada punk, heavy metal, speed metal hingga grindcore dan undercore. Black Sabbath menjadi pionir, diikuti Deep Purple, Judas Priest, Iron Maiden dan Metallica. Ada juga Europe, Bon Jovi, Poison, Def Leppard dan masih banyak lagi.
"Di Indonesia, rock dikembangkan pentolan era 70-an seperti God Bless, Gang Pegangsaan, Gypsy(Jakarta), Giant Step, Super Kid (Bandung), Ternchem (Solo), AKA/SAS (Surabaya), Bentoel (Malang) hingga Rawe Rontek dari Banten. Mereka inilah generasi pertama rocker Indonesia," kata Tjahjo.
Simak video menarik berikut :
Â
Advertisement
Penilaian Rocker Top
Jelas terlihat bahwa Ternchem memang bagian dari sejarah musik rock. Tak heran kalau vokalis Europe Joey Tempest juga menyebutkan bahwa Indonesia, khususnya Jawa Tengah adalah negeri rock and roll.
"Senang sekali bisa kembali negeri Rock and Roll," kata Tempest saat jumpa pers Volcano Rock Festival 2018 di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Tak hanya Tempest, John Norum sang gitaris juga menyebut bahwa musik rock Indonesia didukung iklim yang tropis.
"Di Swedia menghadapi suasana yang dingin, tapi kami juga bisa mendunia," kata Norum.
Sedangkan pentolan rock Ian Antono menyebutkan bahwa Solo dan Jawa Tengah adalah surga bagi rocker. Penggemar selalu ada dan tak mungkin hilang.
"Biasanya rocker muncul dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Setelah sukses mereka kemudian hijrah ke Jakarta," kata Ian.
Namun, kelahiran rocker bergantung dari arah yang ditentukan industri musik di Tanah Air.
"Band rock tak akan mati, tapi kalau industrinya ingin pop mau gimana? Jadi tergantung industrinya," kata Ian.
Bambang Soewarno sendiri disangka gelandangan pada Agustus 2018, karena penampilannya. Saat itu ia bersepeda dari rumahnya, dan ketika sepekan tak pulang, ternyata ia bermalam di rumah singgah yang dikelola Dinas Sosial Solo.