Liputan6.com, Cilacap - Bagi warga Sidareja dan sekitarnya, banjir sudah menjadi langganan tiap musim hujan. Dalam setahun, bisa terjadi dua kali atau lebih banjir rendaman.
Memang, tak semuanya banjir besar. Terkadang, air hanya merendam pekarangan. Ada kalanya, banjir naik ke dalam rumah, setinggi mata kaki atau lutut.
Intensitas hujan yang meningkat pada awal Desember 2018 ini berdampak cukup besar. Setidaknya, terdapat 3.417 rumah yang terendam di sembilan kecamatan wilayah Kabupaten Cilacap.
Advertisement
Dua wilayah terdampak paling parah adalah Dusun Cibenon Desa Sidareja dan Desa Gunungreja. Rumah terendam hingga ketinggian air mencapai 70 sentimeter.
Air mulai merambah permukiman penduduk Rabu dini hari, sekitar pukul 02.00 WIB. Warga pun terpaksa mengungsi.
Baca Juga
Hingga Kamis, jumlah pengungsi banjir Cilacap nyaris tak berubah. Pasalnya, genangan air tak kunjung surut.
"Aula Koramil 18 KK, 52 jiwa. Kemudian, di rumah dinas Sekcam ada 11 KK, 33 jiwa. Kalau yang aula Koramil dari Desa Sidareja. Sedangkan yang rumah dinas sekcam dari Desa Gunungreja," ucap Kepala UPT BPBD Sidareja, Agus Sudaryanto, Kamis (6/12/2018).
Karenanya pada hari kedua banjir Cilacap, BPBD dan Dinas Kesahatan Cilacap menurunkan tim untuk memeriksa kesehatan dan pengobatan di dua posko pengungsian banjir Sidareja ini.
Tim kesehatan juga membuka posko kesehatan di pengungsian yang dipusatkan di Aula Markas Koramil Sidareja dan Rumah Dinas Sekretaris Kecamatan Sidareja. Selama 24 jam, tim kesehatan akan memantau kesehatan para pengungsi, terutama kelompok rentan.
“Hari ini, pengobatan di titik pengungsian. Kemudian pengiriman logistik ke titik pengungsian,” ucapnya, menjelaskan penanganan hari kedua bencana banjir Cilacap.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Dapur Umum
Bencana banjir kali ini, BPBD Cilacap menerapkan sistem dapur umum mandiri. BPBD menyuplai logistik dan menyiapkan alat masak.
Bahan mentah itu kemudian dimasak sendiri oleh para pengungsi. Menurut Agus, penerapan dapur mandiri ini memungkinkan para pengungsi memasak sesuai dengan kebutuhan.
Agus mengungkapkan, pada Kamis, jumlah desa yang terendam masih sama dengan hari Rabu, sembilan desa yang tersebar di empat kecamatan. Namun, jumlah rumah yang terdampak sudah berkurang kisaran 700 rumah.
Meski begitu, BPBD mewaspadai kemungkinan hujan lebat yang bisa memicu kembali naiknya ketinggian rendaman. Sebab, wilayah eks-Distrik Sidareja merupakan cekungan yang menampung seluruh air dari pegunungan di sekitarnya.
Terkait curah hujan yang meningkat pada awal Deseber 2018 ini, Prakirawan BMKG Pos Pengamatan Cilacap, Rendy Krisnawan mengemukakan, puncak musim penghujan di Jawa Tengah selatan diperkirakan memang terjadi pada Desember 2018 hingga Februari 2019 mendatang.
Sebab itu, ia mengimbau agar masyarakat di Jawa Tengah bagian selatan, terutama di Banyumas dan Cilacap, mewaspadai risiko potensi bencana yang meningkat pada puncak musim penghujan ini.
Berdasar pantauan di beberapa wilayah, sejak awal Desember intensitas dan durasi hujan semakin meningkat. Bahkan, beberapa di antaranya berkategori ekstrem, atau lebih dari 150 milimeter per hari.
Tak pelak, kondisi ini memicu puluhan bencana banjir dan longsor yang terjadi di Banyumas dan Cilacap. Salah satunya banjir di kawasan Sidareja yang kini masih berlangsung.
Sebab itu, ia pun mengimbau agar warga tetap mewaspadai kemungkinan bencana seturut puncak musim penghujan yang terjadi di dua daerah ini.
“Dampak lanjutan dari yang ditimbulkan akibat kondisi cuaca tersebut, seperti biasa mengakibatkan banjir, mengakibatkan tanah longsor, dan banjir bandang, terutama untuk daerah pegunungan,” ucap Rendy.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Advertisement