Akhir Pekan di Yogyakarta? Waspada Gelombang Tinggi Pantai Selatan

BMKG mengimbau masyarakat dan wisatawan agar mewaspadai potensi gelombang tinggi di pantai selatan Yogyakarta.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Des 2018, 10:03 WIB
Diterbitkan 14 Des 2018, 10:03 WIB
Pantai parangtritis
Yogyakarta diprediksi menjadi salah satu destinasi wisata yang banyak dikunjungi saat libur panjang akhir pekan. Foto: Ahmad Ibo/ Liputan6.com.

Liputan6.com, Yogyakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, mengimbau masyarakat agar mewaspadi potensi gelombang tinggi di laut Selatan Yogyakarta yang saat ini tingginya mencapai 2,5-3 meter.

"Penyebab gelombang tinggi tersebut karena munculnya beberapa daerah tekanan udara rendah," kata Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta, Djoko Budiono, di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, tekanan udara rendah yang memicu gelombang tinggi tersebut muncul di Selatan equator atau sekitar Australia. Tekanan udara tersebut memicu pergerakan angin dan gelombang di Selatan Jawa atau Samudera Hindia.

Gelombang tinggi itu, menurut Djoko, perlu diwaspadai karena telah masuk kategori moderat karena bisa meningkat seiring dengan peningkatan angin. Kecepatan angin saat ini diperkirakan mencapai 6-25 kilo meter (KM) per jam.

"Dua hingga tiga hari ke depan tingginya masih berkisar 2-3 meter," ujarnya.

Djoko mengatakan, arus bawah laut di titik-titik tertentu seluruh pantai di DIY juga perlu diwaspadai oleh wisatawan. Arus tersebut cukup deras sehingga rawan untuk berenang bagi wisatawan.

Selain potensi gelombang tinggi, ia juga meminta masyarakat mewaspadai potensi hujan sedang-lebat disertai petir atau kilat serta angin kencang pada siang-sore hari di wilayah Kabupaten Sleman, Kulon Progo bagian Utara dan Tengah maupun Gunungkidul bagian Utara.

Menurut dia, pada dasarian kedua Desember 2018, jumlah curah hujan mencapai 100-150 milimeter per sepuluh hari (dasarian). Curah hujan tersebut diprediksikan meningkat menjelang dasarian ketiga Desember 2018.

"Seiring dengan penguatan musim hujan, maka dari segi intensitas dan frekuensi terjadinya hujan mengalami peningkatan dari November ke Desember 2018, selanjutnya meningkat lagi pada Januari 2019," kata Djoko.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya