Keren, Pria di Bali Mampu Ubah Sampah Plastik Jadi BBM

Berbekal pengetahuan di bidang teknik mesin, seorang pria di Bali mampu mengubah sampah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM).

diperbarui 15 Jan 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2019, 08:00 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Bahan Bakar Minyak (Liputan6.com/Sangaji)

Tabanan - Berbekal pengetahuan di bidang teknik mesin, seorang pria di Bali mampu mengubah sampah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM). Bukan hisapan jempol belaka, pria yang diketahui bernama I Gusti Ngurah Adnyana ini bahkan bisa mengubah sampah menjadi tiga jenis BBM yang berbeda.

“Saya punya basic enginering, dan lihat di Youtube cara membuat mesin pengubah sampah menjadi BBM. Kalau risetnya sudah lama,” ungkapnya, seperti dikutip laman JawaPos.

Bermodal nekat dan kemauan, dirinya mulai memuat mesin tersebut dengan bantuan video dari internet. Pria asal Tabanan ini bahkan sempat belajar di Klaten dan Yogyakarta tentang mesin pengolah sampah plastik yang sedang dalam proyek pengerjaannya.  

"Sempat ke Klaten, belajar sama Pak Edi namanya mengenai pembuatan, penggunaan dan pemanfaatan mesin itu," sambungnya.

Meskipun terlihat sederhana lantaran hanya dibuat menggunakan stainlees, pipa, kran, dan pengukur suhu, pada kenyataannya alat tersebut sungguh menakjubkan.

Dalam sekali operasi, mesin tersebut mampu mengolah 5 kilogram sampah plastik dan menghasilkan BBM kurang lebih sebanyak 4 liter.

"Dan BBM yang dihasilkan juga bisa kita tentukan, mau menjadi bensin, minyak tanah atau solar," lanjutnya.

Cara kerjanya pun terbilang cukup mudah. Mesin terlebih dahulu dihidupkan dengan kompor dan gas, sebelumnya pada tabung reaktor I sudah diisi dengan sampah plastik berbagai jenis, setelah suhu dalam reaktor I mencapai 400 derajat celcius maka hasil pembakaran sampah akan menguap dan masuk ke tabung reaktor II. Di sinilah kemudian kita dapat menentukan BBM apa yang diinginkan cukup dengan mengatur tekanan.

"Kalau ingin yang keluar bensin maka tekanannya 50 sampai 150 derajat celcius, kemudian 150 sampai 200 derajat celcius untuk minyak tanah, dan di atas 200 derajat celcius untuk solar. Jika sampahnya full, mungkin butuh 1 jam sampai keluar BBM," tukasnya.

Kini dirinya sudah berhasil membuat dua unit mesin yang satu unit sudah dibeli oleh PLN Renon, dimana satu unit mesin ia bandrol seharga Rp 7 Juta sampai Rp 8 juta. Satu unit mesin memiliki kapasitas 5 kilogram sampah dengan berat unit mencapai 5 kilogram.

 

Butuh Perhatian Pemerintah

Namun sejak diunggah di media sosial, sudah mulai banyak orang yang menghubungi dirinya untuk membeli mesin tersebut atau hanya sekadar ingin mengetahui cara kerja mesin tersebut. Hanya saja dirinya masih terkendala perihal permodalan.

"Saya hanya punya modal semangat saja, semoga kedepannya ada perhatian dari pemerintah," sambungnya.

Kendala lain yang dihadapinya adalah sulitnya memperoleh bahan baku berupa stainless serta residu pembakaran sampah plastik agar tidak mengganggu. "Yang jual stainless itu masih jarang di Bali, kalau untuk residunya sementara masih bisa diatasi dengan air, jadi saat pembakaran kita masukkan air agar asapnya tidak mengganggu, tetapi bisa juga pakai aseton," imbuhnya.

Kedepan dirinya pun berharap agar ada peran pemerintah, misalnya dengan produksi massal agar bisa digunakan di masing-masing banjar, desa, atau sekolah. Terlebih saat ini Bali sedang memerangi sampah plastik.

"Kalau kota hanya mengumpulkan sampah plastik lalau dijual ke pemulung, kemudian sampah itu diolah lagi dan kita gunakan lagi, kenapa tidak kita gunakan untuk yang sekali pakai," katanya.

Ia pun menambahkan, jika BBM yang dihasilkan sudah pernah dicoba pada mesin pemotong rumput namun belum pernah diuji cobakan pada sepeda motor.

"Mungkin ke depan akan kita sempurnakan lagi, agar hasilnya lebih baik lagi sehingga bisa diuji cobakan pada sepeda motor," pungkasnya.

Baca juga berita Jawapos.com lainnya.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya