Mimpi Konawe Jadikan Indonesia Penghasil Baja Urutan 4 Dunia

Target besar ini, didukung dengan berdirinya PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) yang berdiri sejak tahun 2014 di Wilayah Kecamatan Morosi. Perusahaan asal Tiongkok ini, telah berinvestasi sekitar 1 miliar dolar sejak dibangun, atau sekitar Rp 14 triliun.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 27 Feb 2019, 05:05 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2019, 05:05 WIB
Mimpi Konawe Jadikan Indonesia Penghasil Baja Urutan 4 Dunia
Pabrik pemurnian bijih nikel di Wilayah PT VDNI, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. (Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Konawe - Kabupaten Konawe bakal turut andil mengusung Indonesia menjadi penghasil baja murni nomor empat terbesar di dunia pada 2020. Posisinya bakal menjadi salah satu sentral di Indonesia bagian timur, selain Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

Target besar ini didukung dengan berdirinya PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) yang berdiri sejak tahun 2014 di Wilayah Kecamatan Morosi. Perusahaan asal Tiongkok ini telah berinvestasi sekitar 1 miliar dolar sejak dibangun, atau sekitar Rp 14 triliun.

Menteri Perindustrian RI, Airlangga Hartarto yang meresmikan fasilitas pengembangan dan pemurnian nikel di wilayah ini menyatakan, harapan pemerintah RI agar bukan saja nikel yang menjadi produksi utama PT VDNI yang berlokasi di Konawe.

"Tahun 2020, Indonesia akan menjadi penghasil stainless steel (baja murni) terbesar keempat, setelah perampungan pabrik dan alat produksi tahun 2019 di wilayah ini," ujar Airlangga Hartarto, Senin, 25 Februari 2019.

Kata Airlangga, Konawe akan menyusul Kabupaten Morowali di Sulawesi Tengah yang kini sudah memproduksi stainless steel sekitar 3 juta ton per tahun.

"Ditambah PT VDNI Konawe yang bisa memproduksi 3 juta ton, maka Indonesia bisa memproduksi 6 hingga 7 juta ton per tahun," tambahnya.

Menperin melanjutkan, Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan penjualan nikel ore (nikel mentah) saja, sehingga, harus ada hilirisasi (pemusatan) produksi dalam negeri.

"Jika menjual ore nikel misalnya dengan jumlah 6 juta ton, nilainya sekitar 240 juta dolar. Dibanding dengan memiliki pabrik sendiri dalam negeri, nilai nikel 6 juta ton jika diolah dan dijual bisa bernilai 2 miliar dolar," ujarnya.

PT VDNI Bernilai 14 Triliun

Mimpi Konawe Jadikan Indonesia Penghasil Baja Urutan 4 Dunia
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, meresmikan pabrik pemurnian bijih nikel yang berlokasi di PT VDNI, Kabupaten Konawe, Senin (25/2/2019). (Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Fasilitas pengembangan, pengolahan, dan pemurnian (smelter) nikel milik PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) yang terletak di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra), bernilai Rp 14 triliun.

Pabrik dan fasilitas pendukung seluas 700 hektare, dibangun di atas lahan seluas 2.253 hektare.

Fasilitas smelter dengan luas area 700 hektare ini merupakan salah satu fasilitas pemurnian bijih nikel terbesar di Indonesia, setelah Morowali Sulawesi Tengah.

Perusahaan ini, telah melakukan ekspor perdana mineral hasil olahan (NPI) sebanyak 7.733 metrik ton dengan tujuan Republik Rakyat Tiongkok pada 2017.

Realisasi investasi PT VDNI saat ini meliputi pabrik pengecoran dan peleburan Nickel Pig Iron (NPI) yang memiliki kadar nikel antara 10 hingga 12 persen. Saat ini, VDNI memiliki jumlah produksi 15 tungku Rotary Kiln-Electric Furnance (RKEF).

"Dengan kapasitas produksi, bisa memproduksi 600.000 hingga 800.000 metrik ton nikel per tahun. Jika terus ditingkatkan, akan menjadi smelter terbesar di Indonesia," ujar Ming Dong Zhu, Dirut PT VDNI.

Saat ini, sudah ada sekitar 6.000 tenaga kerja yang ada di pabrik PT VDNI. Sebagian besar, merupakan tenaga kerja Indonesia yang berasal dari wilayah Sulawesi Tenggara. 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya