Topi Baja Tembus Peluru Buktikan Kiprah Pelajar dalam Perang

Tentara pelajar di Yogyakarta banyak tergabung di Brigade 17.

oleh Yanuar H diperbarui 03 Mei 2017, 15:31 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2017, 15:31 WIB
Topi Baja Tembus Peluru Buktikan Kiprah Pelajar dalam Perang
Tentara pelajar di Yogyakarta banyak tergabung di Brigade 17. (Liputan6.com/Yanuar H)

Liputan6.com, Yogyakarta - Pendidikan yang bisa dinikmati saat ini merupakan buah pengorbanan pejuang kemerdekaan Indonesia. Tak hanya para orang dewasa, para pelajar yang duduk di bangku SMP juga turut ambil bagian dalam peperangan. Salah satu buktinya tersimpan di Museum Monumen Jogja Kembali (Monjali) Yogyakarta.

Staf Humas Museum Monjali Abdul Rauf mengatakan bukti keterlibatan pelajar dalam perang kemerdekaan adalah sebuah topi baja yang digunakan tentara pelajar Brigade 17 bernama Supanoto. Topi baja yang dikenakannya tembus peluru dan ia gugur dalam perang di Rejodani, Ngaglik, Sleman, pada 29 Mei 1949.

"Ini pelajaran dan bukti pejuang. Dulu semua turun semua dalam perjuangan kemerdekaan di mana anak-anak SMP ke atas bergabung dalam Brigade 17 tentara pelajar," ujar Rauf, Selasa, 2 Mei 2017.

Rauf mengatakan selain Supanoto, masih banyak pelajar yang tergabung dalam Brigade 17 gugur dalam peperangan. Koleksi topi baja itu diharapkan bisa membuat para pelajar mengerti perjuangan pelajar waktu itu.

"Brigade 17 berperan besar dalam perjuangan, mulai dari anak SMP ke atas sudah bergabung. Supanoto beliau anggota dari Brigade 17 dan masih banyak lagi salah satunya Harsono yang gugur dalam pertempuran Rejodani," ujarnya.

Tentara pelajar di Yogyakarta banyak tergabung di Brigade 17. (Liputan6.com/Yanuar H)

Selain koleksi topi baja yang dikenakan tentara pelajar, Monjali juga memiliki koleksi relief Soekarno yang sedang mengajar di Yogyakarta. Saat itu, pemerintah mencanangkan gerakan pemberantasan buta huruf nasional.

"Walaupun dalam saat perang, namun pemerintah saat itu juga sudah mencanangkan program pemberantasan buta huruf seluruh Indonesia dimulai dari Kota Jogja. Saat itu, Presiden Soekarno sendiri yang mengajar di Jogja tahun 1948-1949," kata Rauf.

Rauf menjelaskan di tempatnya juga menyimpan relief tentang berdirinya Universitas Gadjah Mada yang menjadi universitas tertua di Indonesia. Selain itu, ada koleksi yang menyebutkan peran tokoh pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara. Ia berharap koleksi koleksi yang ada di Monjali dapat diresapi para pelajar Indonesia dalam membangun bangsa ini.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya