Liputan6.com, Konawe Utara - Kakek Tahir (80), pria tua renta asal Kecamatan Motui Konawe Utara yang mengikat perutnya karena kelaparan, kini tak akan merasakan kekurangan makan lagi. Pihak keluarga akan membekalinya dengan kartu ATM.
Tahir memiliki istri bernama Nuru (65), wanita yang sempat dilarikan di rumah sakit setelah mengalami luka bakar karena pingsan di atas bara api. Nuru dirawat sejak dua pekan lalu di RSUD Bahteramas Sulawesi Tenggara.
Kata Lisratin, seorang kerabatnya, Tahir akan dibawa ke salah satu bank di Konawe Utara begitu istrinya keluar dari rumah sakit. Semua hasil bantuan yang mencapai Rp 25 juta akan diberikan dalam bentuk rekening bank. Agar tak sampai kelaparan lagi.
Advertisement
"Kita bawa saja di bank, kalau dipakai langsung uang itu takutnya habis cepat karena kakek Tahir ini sudah tua," ujar Lisratin.
Baca Juga
Dia menjelaskan, Tahir bisa membaca huruf dan angka-angka. Jika diajarkan, Tahir bisa bertransaksi di bank.
Sementara itu, istrinya Nuru sudah menjalani operasi bedah kedua kalinya pada Jumat (5/4/2019). Dia dimasukkan dalam ruang operasi pada pukul 8.00 Wita dan keluar sekira pukul 14.20 Wita.
Dokter spesialis bedah, dr Satrio mengatakan, kondisi nenek Nuru mulai membaik. Nenek Nuru harus dirawat hingga pekan depan untuk memastikan kondisinya.
"Sengaja dibalut perban, supaya menghindari infeksi pada luka-lukanya pasca operasi," ujar dr Satrio.
Jika sudah diperbolehkan keluar, Nenek Nuru dan Tahir bakal dipindahkan keluarga dari rumahnya semula. Pihak keluarga akan membawa Tahir ke kampung tetangga agar dekat dengan keluarga.
"Kita bawa mereka, disana mungkin akan tinggal serumah dengan keluarga atau dibuatkan rumah sendiri," ujar Lisratin.
Sebelumnya, Tahir dikabarkan sering menahan lapar dengan cara mengikat perut dengan kain panjang. Cara ini dianggap pria yang berprofesi sebagai pemanjat kelapa itu, agar tidak merasakan sakit perut saat dia kurang makan.
Aksinya yang memprihatinkan itu, terungkap saat istrinya dirawat di rumah sakit. Dia mengakui, malu meminta-minta dan memilih bertahan hidup sambil memanjat atau bekerja memungut kelapa orang dengan sistem upah bagi hasil. Meski harus kelaparan.
Pemda Konawe Jadi Sorotan
Sikap lambat Pemda Konawe Utara menanggapi kondisi kehidupan Tahir (80) dan istrinya Nuru (65) di Kabupaten Konawe Utara mendapat kritikan dari berbagai pihak. Salah satunya, datang dari Direktur Aman Center, La Ode Rahmat Apiti.
"Bupati tak mengetahui soal kondisi kedua orang lansia ini, karena selama ini mungkin dia dengar yang baik-baik saja dari aparatnya" ujar Laode.
Dia menyebut, Konawe Utara itu daerah kaya dengan potensi tambang nikel. Namun, masih ada saja masyarakat yang terekspos belum sejahtera.
"Selama ini tambang dikatakan para pejabat daerah, bisa bikin sejahtera. Tapi, ternyata hanya pemanis saja. Kemana CSR tambang yang harusnya diterima oleh warga seperti pasangan Lansia ini?," ujar La Ode Rahmat.
Solusi yang ditawarkan La Ode Rahmat, Bupati Konawe Utara sebagai kepala daerah harus bertemu langsung aparatnya hingga tingkat RT. Sehingga, bukan saja mendengar dari belakang meja.
"Turun langsung, cari data langsung. Masak di zaman yang serba maju ini masih ada yang lapar? Untuk singkatnya, jika ada CSR tambang atau dana bantuan pemerintah di Konawe Utara harus fokus kepada warga yang seperti Tahir dan Nuru ini. Jangan CSR dari desa satu dibawa ke desa lainnya," ujarnya.
Bupati Konawe Utara, Ruksamin memastikan, pihaknya akan turun langsung menemui Tahir dan Nuru. Bantuan berupa perbaikan rumah dan perabotan, akan diberikan olehnya.
"Kita pastikan, Minggu ini sudah ada perkembangan. Intinya, saya siap membiayai semua biaya pengobatan nenek Nuru, selama ini saya tak tahu," ujar Ruksamin (3/4/2019).
Ruksamin menyatakan akan turun langsung meninjau kondisi kehidupan keduanya. Sehingga langkah-langkah yang dianggap perlu, akan secepatnya dibereskan Pemda Konawe Utara.
Namun, hingga Sabtu (6/4/2019) rumah kakek Tahir dan Nuru belum banyak berubah. Masih seperti awal saat Nuru, istri Tahir terkena musibah.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement