Kerang Dara Menggeliat hingga Tembus Pasar Thailand

Budidaya kerang dara (Anadara granosa) di Panipahan, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, mulai menggeliat dalam beberapa tahun terakhir sehingga menembus pasar Thailand.

oleh M Syukur diperbarui 02 Jul 2019, 19:00 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2019, 19:00 WIB
Kerang dara budidaya nelayan di Panipahan, Kabupaten Rokan Hilir, yang diekspor dari Pekanbaru tujuan Thailand
Kerang dara budidaya nelayan di Panipahan, Kabupaten Rokan Hilir, yang diekspor dari Pekanbaru tujuan Thailand. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru- Budidaya kerang dara (Anadara granosa) di Panipahan, Rokan Hilir, Riau, mulai menggeliat dalam beberapa tahun terakhir. Tak hanya memenuhi kebutuhan domestik, satwa laut bercangkang keras ini juga menembus pasar Thailand.

Tiap hari, dua eksportir di Pekanbaru bisa mengirim dua hingga empat ton kerang dara per hari ke Negeri Gajah Putih itu. Perputaran uangnya bisa mencapai Rp 5,5 miliar lebih per bulan dan bisa meningkat seandainya saja tidak ada pembatasan dari maskapai di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.

Menurut Irwan Syahputra dari CV Cheera King Seafood, dirinya per hari menerima kiriman dua ton kerang dari sejumlah nelayan di Panipahan. Rata-rata kerang merupakan budidaya nelayan lokal.

"Di Thailand, nilai jualnya 100 bath per kilo, kami bisa ekspor dua ton tiap hari," sebut Irwan.

Irwan bersyukur karena ekspor kerang sudah bisa dilakukan langsung dari Pekanbaru. Biasanya, ekspor kerang harus melalui Bandara Kualanamu di Medan ataupun daerah lainnya di Sumatra.

"Jumlah ekspor ini belum termasuk yang dilakukan nelayan di Kota Dumai, karena bisa langsung juga dari sana selain Pekanbaru," terang Irwan.

Ke depannya, Irwan berharap kuota ekspor dari Pekanbaru bisa meningkat hingga 14 ton per hari. Jumlah itu bisa dicapai tapi harus menyewa pesawat secara khusus.

"Kalau carter gitu biaya besar juga, dan harus sampai 14 ton, sementara pasokan kerang per hari dari nelayan belum sampai segitu," sebut Irwan.

Potensi Besar

Kerang darah budidaya nelayan di Panipahan yang tembus pasar Thailand.
Kerang darah budidaya nelayan di Panipahan yang tembus pasar Thailand. (Liputan6.com/M Syukur)

Terpisah, Wakil Gubernur Riau Brigjen TNI (purnawirawan) Edy Aprizal Natar Nasution sudah memerintahkan dinas terkait mendorong nelayan di Riau melakukan budidaya satwa laut. Apalagi, potensi ikan di Kabupaten Rokan Hilir masih besar.

Medio 1980, kawasan Bagansiapiapi, Rokan Hilir, pernah menduduki posisi kedua di dunia sebagai daerah penghasil ikan, termasuk kerang. Masa keemasan bisa diulang kembali dengan sejumlah terobosan.

"Potensinya masih ada di Panipahan, belum lagi di Bagansiapiapi. Ini harus didorong dinas agar hasil laut di sana melimpah lagi," jelas mantan Kepala Komandan Resort Militer Bukit Barisan ini.

Dia menjelaskan, dua hingga tiga kapal dari Panipahan bisa berangkat tiap harinya jika budidaya dan tangkapan melimpah. Setiap kapal biasanya bisa membawa hingga 200 peti per hari.

"Bisa hingga Rp 1,5 miliar putaran uang setiap harinya. Inilah yang terus didorong pemerintah," kata Edy.

Sementara itu, Kepala Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas 1 Pekanbaru Eko Sulistyanto berharap ekspor kerang meningkat dengan dibukanya pintu tujuan Thailand. Pengusaha diharap memaksimalkan potensi ini.

Eko mengatakan, ekspor kerang ke Thailand mulai dilakukan sejak beberapa waktu terakhir. Potensi ekonomi ekspor kerang ini disebut mencapai Rp 5,5 miliar setiap bulannya.

"Ke depannya tidak hanya satu negara melainkan sejumlah negara lainnya sehingga membantu peningkatan ekonomi nelayan Rokan Hilir," imbuhnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya