Cerita Yayan, Mantan Polisi Ganteng Nekat 'Banting Setir' Jadi Desainer

Seorang anggota polisi di Kabupaten Muna memilih meninggalkan statusnya sebagai anggota polisi dan banting setir menjadi perancang busana.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 02 Jul 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2019, 12:00 WIB
Upacara PTDH terhadap Yayan Septian di Polres Muna, Rabu (26/6/2019).(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Upacara PTDH terhadap Yayan Septian di Polres Muna, Rabu (26/6/2019).(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Kendari - Karir Yayan Septian (30), sebagai polisi berpangkat brigadir berakhir di lapangan apel Polres Muna, Rabu, 26 Juni 2019. Dia tercatat masuk sebagai anggota sejak April 2008, sekitar 11 tahun lalu.

Pagi itu, Kapolres Muna AKBP Ramos Paretongan Sinaga memimpin langsung upacara Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) Yayan dan seorang anggota Polres lainnya, Brigadir Agus Purwanto. Momen itu, keduanya tak hadir di tempat. Dua orang anggota polisi diserahi tugas membawa foto mereka di lapangan upacara.

Setelah upacara, terungkap Yayan Septian ternyata sudah desersi sejak Maret 2018. Saat itu, dia pernah 'melarikan diri' dari Polres Muna dan sempat ditangkap anggota provost Polres. Kemudian kembali minggat dan tak pernah kembali ke kantor hingga dia resmi dipecat.

Kapolres, saat upacara PTDH mengatakan, kesalahan Yayan Septian dan rekannya sebenarnya kecil. Namun, setelah diakumulasi menjadi besar dan tak bisa ditoleransi.

Polisi berpangkat dua melati itu meminta anggotanya agar berdiskusi dengan pimpinan bila ada masalah pribadi. Kepada kepala satuan, dia juga berpesan agar tidak menutup diri terhadap anggota.

"Harus terbuka dan selalu memonitor anggotanya," kata Kapolres.

Setelah beberapa hari upacara pemecatan, ada informasi lain soal pemecatan keduanya. Agus Purwanto desersi dan terlibat beberapa tindakan kriminal kecil. Sedangkan Yayan, ternyata mantap memilih keluar karena pernah merasa kecewa saat masih resmi bertugas sebagai anggota polisi di Polres Muna.

Dituding Sembunyikan Istri Orang

Selain menjadi designer,Yayan juga menjadi model pada kostum karnaval hasil karyanya.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Selain menjadi designer,Yayan juga menjadi model pada kostum karnaval hasil karyanya.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Dihubungi Liputan6.com pada Senin (1/7/2019), Yayan berusaha menceritakan alasan utamanya keluar dari institusi kepolisian yang sudah membesarkan namanya. Kejadiannya, berlangsung sekitar Maret 2018.

Berawal dari seorang wanita yang tinggal di dalam asrama polisi yang dihuni Yayan. Anak bungsu dari enam bersaudara ini melanjutkan, wanita yang sudah dikenalnya sejak lama itu, ternyata sedang bertengkar dengan suaminya.

Di hadapan Yayan, wanita ini mengaku butuh tempat menenangkan diri dan sedang mengurus perceraian. Prihatin, Yayan kemudian berbaik hati mengizinkan wanita itu menetap sementara. Apalagi, wanita yang dimaksud, sudah dikenalnya sejak lama dan dianggapnya sebagai kakak.

"Lagipula, saya dan teman-teman tahu siapa suaminya. Jadi saya izinkan saja," ujarnya.

Tetiba, asrama Polres Muna tempatnya tinggal, didatangi sekelompok rekannya sesama anggota polisi. Alasannya, dia dituding menyembunyikan seorang wanita yang masih bersuami.

Yang membuat Yayan kesal, saat penggerebekan, dia sedang tak berada di rumah. Dalam kondisi bingung, dia mempertanyakan alasan penggerebekan tanpa pemberitahuan dan komunikasi lebih dulu.

"Saya sempat mengeluh, kita sama-sama anggota polisi. Sebaiknya, mereka konfirmasi dulu soal alasan kenapa saya tetap membiarkan perempuan yang mereka maksud itu, tinggal di asrama yang saya tempati. Tapi mereka langsung masuk asrama dan gerebek," ujarnya.

Bukan itu saja, Yayan mengungkapkan pernah disangka memakai narkoba. Malah, saat insiden penggerebekan di asrama, Yayan sempat diduga menyembunyikan barang haram itu.

"Tapi saya sumpah, tak pernah bermasalah dengan narkoba. Saya sempat jalani tes beberapa kali dan hasilnya saya bersih," terang Yayan.

Rentetan kejadian ini, makin membuat Yayan kecewa. Sempat jengkel, Yayan memilih kabur ke Kota Kendari, bahkan hingga ke ibu kota Jakarta.

"Saya berpikir, apa yang mesti saya pertahankan kalau sudah begini. Saya sudah baik sama orang, tapi ternyata tak dianggap dan diartikan lain," ujarnya.

Selama 'pelariannya' di Jakarta, Yayan malah sempat mendaftarkan diri pada salah satu perusahaan swasta. Sudah menyetorkan berkas dan siap masuk sesi wawancara, dia tiba-tiba saja menunda keinginannya.

"Saat itu saya bulat pilih keluar dari polisi dan mau bekerja di swasta saja. Tapi saya pikir, masak secepat ini saya harus bekerja lagi, lebih baik saya hilangkan dulu penat dan mulai mengerjakan hobi saya," jelasnya.

Tertarik Geluti Dunia Fesyen

Yayan Septian, saat berhasil merancang karung bekas menjadi gaun daur ulang.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Yayan Septian, saat berhasil merancang karung bekas menjadi gaun daur ulang.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Pria yang sempat menekuni olahraga bulutangkis saat masih duduk di bangku SMP ini, ternyata sudah hobi mengurusi dunia fesyen sejak 2008. Awalnya, putra pasangan Ahmad Yusuf dan Nani itu, sempat canggung karena profesinya sebagai anggota polisi.

Bakat menjadi perancang busana, muncul secara otodidak. Tanpa guru, Yayan yang tamatan sekolah menengah umum itu mengaku banyak melihat dan belajar dari TV dan internet.

"Mungkin karena suka coba-coba juga melihat teman yang karyanya bagus, saya mulai sering dipercaya mendesain acara pesta perkawinan, sudah bisa buat dan rancang baju seragam," ujar Yayan.

Yayan mengungkapkan, sudah belasan kali terlibat dalam event lokal dan meraih prestasi memuaskan. Malah, akhir Juli, Yayan akan menjadi peserta di Jember Fashion Carnaval (JFC) 2019 pada 31 Juli-4 Agustus. Salah satu ajang tahunan yang mempertemukan desainer nasional dan lokal.

"Kalau prestasi dan karya lokal saya sudah banyak. Kerja-kerja merancang busana, Alhamdulillah sudah banyak," ujarnya.

Pernah, dia beberapa kali dia mencoba peruntungan menjadi designer untuk beberapa peserta model lokal. Hasilnya, disambut baik dan mendapatkan apresiasi memuaskan.

"Mungkin karena saya tak pilih-pilih teman, jadi cepat bisa menyesuaikan di lingkungan," ujar pria yang juga pernah menjadi pelatih menari ini.

Ditentang Saat Hendak Keluar

Yayan Septian, bersama sejumlah anggota dancer binaannya.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)
Yayan Septian, bersama sejumlah anggota dancer binaannya.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Setelah memutuskan tak mau lagi berkantor, Yayan mengakui sering ditanya pihak keluarga. Ayahnya, Ahmad Yusuf, menjadi orang pertama yang menentang keputusannya keluar.

"Tapi saya jelaskan pada bapak dan ibu saya, saya sudah niat mau berwiraswasta saja. Perlahan mereka terima," ujar pria yang sempat mengelola karaoke keluarga itu.

Bukan saja orangtua dan saudara-saudaranya. Salah seorang kerabatnya yang juga seorang anggota polisi, pernah mencegah Yayan saat hendak keluar dari institusi yang sudah digelutinya selama 11 tahun itu.

Namun, Yayan tetap kekeh, bulat menyatakan hendak keluar. Tak hanya itu, orang-orang dekatnya juga sempat menyesalkan keputusannya.

"Sekarang cita-cita saya tak muluk-muluk. Mudah-mudahan bisa hidup berguna untuk orang lain, selama kerja saya halal, saya jalani dengan baik," dia memungkasi.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya